Sabtu, 25 Desember 2010

Akar Bahar dan Khasiatnya


Akar Bahar tentu bukanlah termasuk batu permata tapi dipercayai mempunyai khasiat seperti batu permata.
Akar Bahar banyak sekali terdapat di daerah Maluku dan sekitarnya. Ia merupakan semacam tumbuhan yang hidup diantara amber (atau Barnsteen, kata dalam bahasa Jerman yang berarti “batu yang dapat dibakar”) pada zaman sekarang.
Nama akar bahar ini berasal dari bahasa Arab dan Melayu. Bahar dalam bahasa Arab artinya laut, jadi Akar Bahar bermakna akar laut.
Di daerah Maluku terutama di Ambon, kata-kata akar diganti dengan “ruhu” atau “luhu”. Akar bahar yang berwarna hitam mereka sebut dengan “ruhu mete” atau “luhu mete” atau “ruhu meteng”.
Ada empat macam akar bahar:
1. Akar Bahar Hitam.
2. Akar Bahar Kelabu.
3. Akar Bahar Putih.
4. Akar Bahar Merah.
Akar bahar hitam terbagi lagi dalam 7 jenis berbeda.
Orang Maluku dapat membedakan antara akar bahar jantan dan akar bahar betina.
Yang jantan dapat dikenali dengan tangkainya yang panjang dan yang betina memiliki tangkai yang pendek.
Akar Bahar sering kali digunakan sebagai gelang, kalung, perhiasan wanita, dan sebagainya, juga mempunyai khasiat memuntahkan racun yang termakan misalnya terkena racun ikan. rajungan, kepiting dan jenis ikan laut lainnya.
Orang yang dihinggapi penyakit encok (rheumatik) jika memakai gelang atau kalung akar bahar kemungkinan sembuh, sebab akar bahar mengandung suatu zat yang disebut radium.
Menurut penyelidikan dokter hal ini tidak benar sama sekali. Andaikan orang yang terkena penyakit encok bisa sembuh karena akar bahar tadi, tak lain bukan karena disebabkan oleh orang itu yang meyakini akar bahar sebagai obat yang mujarab (baca:sugesti).
Orang yang gemar memakai gelang akar bahar, kebanyakan kaum pria, terutama kaum nelayan dan orang-orang Galela, Jalolo, Miscol (Ternate?), Guam, Banda dan Ambon. Demikian pula orang-orang Bugis, Mandar, Sula, Madura< dan orang-orang Lamor (Pulau dekat Philipina) memakai gelang akar bahar hitam.
Kata mereka jika memakai gelang tersebut dapat menolak guna-guna jahat. Dalam mencari nafkah hidup sehari-hari lebih ulet, tahan uji dan kuat menahan godaan. (*Kayaknya ini sugesti tapi mungkin apa ada hubungannya dengan Radium?.Red)
Akhirnya mengenai akar bahar ini, orangpun tidak lupa pada sindiran bagi seorang hartawan yang pelit, disebut “si Akar Bahar”. Sindiran ini banyak dipakai dan dikenal di daerah Jawa Barat.
Gelang Akar Bahar makin Memikat
Produk kerajinan akar bahar atau yang lebih dikenal dengan nama kayu uli, kini makin memikat. Kayu uli ini merupakan tumbuhan di tengah laut.
Karena proses mencarinya yang cukup susah dan memiliki daya tarik tersendiri, tak mengherankan jika harga akar bahar yang sudah berbentuk gelang ini cukup mahal.
Salah seorang penyedia gelang akar bahar di ajang PKB, Ketut Pastika, Rabu (2/7) kemarin mengatakan, terdapat berbagai jenis gelang akar bahar dan harganya bervariasi. Beberapa jenis kayu uli yang ditawarkan di pasaran adalah uli sadi, uli gadung, uli putih, uli kuwawa, dan uli gadang atau uli hijau.
Dari beberapa jenis uli tersebut, uli gadang yang harganya paling mahal, yakni 1 cm harganya bisa mencapai Rp 4,5 juta. Ini dikarenakan, uli jenis ini sangat susah dicari dan sudah sangat langka. Uli gadang ini biasanya terdapat di lautan Sri Lanka dan lautan New Zaeland.
Ia menambahkan, untuk jenis uli yang lainnya ditawarkan dengan harga Rp 150.000 sampai dengan Rp 500.000, tergantung dari bentuk, ketuaan serta serat yang dimiliki kayu uli itu sendiri.
Konsumen biasanya membelinya dalam bentuk yang sudah jadi seperti gelang, cincin, dan mata cincin. Kayu uli juga diyakini memiliki khasiat untuk menyembuhkan rematik dan sebagai penolak bala.
Lebih jauh dikatakannya, proses pembentukan kayu uli untuk menjadi sebuah gelang yang bagus lumayan sulit. Untuk uli putih memerlukan proses pembentukan dengan beberapa tahap.
Terlebih dahulu harus dilakukan perendaman dengan air biasa selama satu hari, kemudian dilanjutkan dengan proses pembentukan dengan cara dipanaskan dengan mempergunakan alat yang dinamakan kempus, yaitu alat untuk memanaskan logam seperti perak dan emas.
Proses pembentukan dengan cara dipanaskan memerlukan waktu sampai lima hari. Setelah berbentuk gelang, dilanjutkan dengan proses penghalusan dengan mempergunakan batu hijau supaya uli terlihat mengkilap.
Bahkan, kini gelang uli sudah dikombinasikan dengan logam mulia seperti emas. Dengan cara menempelkan emas ke gelang uli dan dibentuk sedemikian rupa dengan ukiran-ukiran yang artistik, membuat daya jual uli makin meningkat. Untuk gelang uli dengan tambahan emas ditawarkan dengan harga Rp 2,2 juta – Rp 2,7 juta.

Gelang Akar Bahar


Akar bahar terbaik dan mulus, diujung gelangnya tidak ada terdapat batu akar bahar dan body akar tebal untuk ukuran dewasa. sangat bagus untuk melengkapi koleksian anda di rumah.
AKAR bahar ternyata punya khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Kandungan vitamin, ion, dan unsur hara yang ada di dasar laut bermanfaat untuk kesehatan.
salah satu pengobatan alternatif yang bisa mengatasi radang tenggorokan adalah terapi akar bahar. Akar bahar (Anthiphates sp) adalah jenis tanaman karang. Akar bahar terbagi menjadi tiga jenis, yaitu akar bahar hitam, akar bahar putih, dan akar bahar merah. Dari ketiga janis itu, akar bahar hitam dan yang sudah berumur tua yang dijadikan sebagai bahan pengobatan. Kenapa akar bahar? Menurut Hizra Maulana, spiritualis Islam dan terapis, akar bahar menyerap vitamin, ion-ion dan unsur hara yang ada di dasar laut sehingga efektif untuk kesehatan. “Akar bahar yang dapat membunuh racun dan menetralisir zat kimia di dalam tubuh. Untuk mendapatkan akar bahar ini, saya memesan langsung dari nelayan yang ada di daerah Tanjung Pasir dan Kepulauan Seribu,” jelas jebolan pesantren Manarul Irsyad, Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya, ini.
Dulu, lanjut Hizra, akar bahar sering kali dipakai sebagai aksesori (gelang) yang dapat menyembuhkan penyakit reumatik dan melancarkan peredaran darah. “Waktu dulu saya sakit tenggorokan, Engkong (Kakek) saya pernah menyuruh saya agar merebus akar bahar. Setelah direbus, airnya diminum. Ternyata benar, sakit tenggorokan saya sembuh. Dari situ saya mulai terilhami untuk menggunakan akar bahar sebagai media pengobatan dalam menyembuhkan berbagai penyakit,” terangnya.
Sebelum digunakan, akar bahar terlebih dahulu dijemur, dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan mesin. Untuk mengobati radang tenggorokan, Hizra menambahkan daun sirih merah, akar alang-alang, dan jahe merah. Ramuan ini dikemas dalam bentuk kapsul dan ramuan godokan. Jadi saya buat juga dengan kapsul agar mudah dikonsumsi,” katanya.

Gelang Akar Bahar Identitas Jawara Betawi


Jawara Betawi tak hanya identik dengan kumis tebal yang melintang dan pakaian serba hitam lengkap dengan ikat kepala hitam. Jawara Betawi biasanya juga mengenakan gelang akar bahar sebagai aksesoris. Gelang akar bahar tak hanya sebagai pemanis lengan yang memakainya. Bahkan dulu, gelang akar bahar ternyata memiliki makna dan dapat memberikan tanda pada siapa yang memakainya. Akar bahar atau biasa disebut black coral berasal dari tanaman laut yang merambat dan tumbuh di atas kerang. Bentuk akar bahar memanjang, dan akan menjadi kaku jika dikeringkan. Biasanya pada akar bahar yang bagus terdapat bagian keras layaknya seperti batu. Bagian yang keras ini adalah asli bawaan tumbuhan itu yang telah menjadi fosil dan mengeras.
Tumbuhan laut akar bahar ternyata bukan tumbuhan biasa, karena memiliki kegunaan dan fungsi bagi yang memakainya. Konon tumbuhan akar bahar ini mampu menjaga kesehatan dan menimbulkan kekuatan tubuh bagi pemakainya. Tak hanya itu, secara fisik gelang akar bahar dapat menambah kharisma yang sangat luar biasa bagi jawara yang memakainya.
Untuk mendapatkan akar bakar bahar bukanlah hal yang mudah. Karena itu, siapa yang memiliki gelang ini dianggap jagoan karena usahanya memiliki akar bahar.  Akar bahar biasanya didapat dari dasar laut dengan kedalaman 600 meter. Sebelum digunakan, biasanya tumbuhan akar bahar dipanaskan hingga kaku dan dibentuk menjadi sebuah gelang. Selain gelang, akar bahar juga dapat dijadikan cincin ataupun pipa untuk merokok (cangklong).
Kolektor benda-benda antik dan benda bersejarah, H Azis Munandar, mengatakan, gelang akar bahar memiliki khasiat bagi siapa saja yang memakainya. Tak hanya itu, di kalangan masyarakat Betawi gelang akar bahar juga digunakan sebagai simbol. “Nggak cuma dipakai sebagai penghias lengan saja, lebih dari itu gelang akar bahar juga memiliki simbol,” kata Azis kepada beritajakarta.com, Selasa (4/5).
Bagi para centeng atau jagoan Betawi yang mengabdi pada kompeni Belanda atau kerajaan-kerajaan, lanjut Azis, gelang akar bahar dipakai pada lengan yang berbeda agar simbol dan makna gelang akar bahar dapat dipahami. “Jika gelang akar bahar digunakan di lengan kanan merupakan abdi dalem. Sedangkan di lengan sebelah kiri merupakan penjaga di luar,” terang Azis.
Azis mengaku gelang akar bahar digunakan jawara Betawi saat zaman penjajahan Belanda. Kalangan masyarakat Betawi yang menggunakan aksesoris adalah centeng, para jawara atau jagoan Betawi. Saat ini gelang akar bahar yang menjadi aksesoris peninggalan sejarah Betawi ini mulai langka, bahkan kerena kelangkaannya gelang ini banyak diburu para kolektor.
Azis yang mengaku masih menyimpan beberapa jenis gelang akar bahar ini mengatakan harga gelang akar bahar yang asli dan berusia tua bisa mencapai jutaan rupiah. Karena selain sebagai hiasan, gelang akar bahar juga dinilai sebagai benda bersejarah peninggalan budaya Betawi.

Akar Bahar ( Antiphates Sp. )[ ada yang tahu apa akar bahar ?? ]

Akar Bahar ( Antiphates Sp. )
Akar bahar atau di bali biasa di sebut kayu uli hidup di perairan laut dalam dengan nama latin Antiphates Sp. terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Akar bahar Hitam, Akar Bahar Putih, & Akar bahar Merah. Dari ketiga jenis tadi, akar bahar hitam lah yang lebih mudah di temukan. Sebagai Aksesoris akar bahar dapat dijadikan sebagai gelang, cincin, ataupun pipa untuk merokok ( cangkong ). Akar bahar ini adalah jenis tanaman karang, karena hidupnya di karang laut dalam.
Akar bahar atau bisa disebut black coral kebetulan sekali saya sempat melihat penduduk pulau la bengke di laut banda sulawesi tenggara( pada titik latitude 3°26’5.16″S, dan longitude 122°23’15.66″E kalau dilihat dari google earth ) sedang menyelam untuk sekedar mengambil perangkap kepiting. Saya heran ternyata penduduk la bengke tidak tahu sama sekali bahwa akar bahar itu adalah sebuah barang langka dan unik, ketika saya meminta akar bahar ini sebagai oleh – oleh penduduk itu berkata “untuk apa?”.

Barang langka ini menjadi daya tarik sebagian komunitas masyarakat Indonesia karena dipercaya dapat menghilangkan rasa nyeri sendi pada tulang, rematik dan dipercaya juga sebagai penangkal ilmu hitam, maka tak heran jawara jawara dari indonesia sering melingkarkan akar bahar ini di tangannya. Untuk cincin akar bahar dihargai 50.000 rupiah sedangkan jika ada akar bahar yang mempunyai diameter lebih dari satu cm maka harga pun berubah menjadi juta-an. Begitu mahalnya untuk sebuah aksesoris namun akar bahar tetap banyak peminatnya, dan jangan heran banyak orang berlomba – lomba untuk mendapatkan ini bagaimanapun caranya.
banyak cara mengolah akar bahar untuk menjadi aksesoris, seperti : direndam air panas, digosok dengan abu rokok dan amplas halus untuk mengkilapkan akar, di bakar dengan lilin sehingga mudah untuk membentuk sebuah lingkaran tergantung dengan keinginan.
Jika anda ingin mendapatkannya pergilah ke Bali biasa disebut kayu uli, ke kepulauan Bangka Belitung, di Sulawesi Tenggara Kab. Konawe Utara, di Halmahera Timur, di Irian Jaya atau yang sempat singgah di negeri seberang anda dapat menemukannya di Hawaii, atau di perairan Cuba.

BUDIDAYA LABI-LABI DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR

I .  PENDAHULUAN
Labi-labi atau bulus merupakan salah satu jenis  sumberdaya ikan golongan reptilia dan sebagai salah satu  sumber daya ikan yang dapat  dimanfaatkan sebagai sumber gizi dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan (Ditjenkan, 1995). Disisi lain manfaat labi-labi tidak sebatas kebutuhan pangan saja namun mempunyai nilai tambah sebagai bahan obat yang berkhasiat. Nilai tambah inilah yang menjadikan labi-labi sebagai komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
                Ciri khas yang dimiliki labi-labi sebagai salah satu bangsa kura-kura (Ordo Testudinata) adalah perisai punggungnya/batok tidak tertutup oleh zat tanduk, tetapi ditutupi oleh kulit yang tebal sehingga kura-kura ini dikelompokkan ke dalam Sub ordo Cryptodera famili Trionichydae atau dalam istilah Inggrisnya dinamakan Soft-Shelled Turtle yang berarti kura-kura bercangkang lunak.
                Akhir-akhir ini permintaan ekspor  semakin meningkat khususnya dari negara-negara Singapura, China, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Hingga saat ini ekspor labi-labi dari Indonesia masih didominasi oleh hasil tangkapan dari alam. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan pengekspor labi-labi hanya sebagai penampung hasil tangkapan dari alam saja. Mengingat lambatnya perkembangan populasinya di alam, maka kondisi yang demikian ini apabila tidak diimbangi dengan usaha pembudidayaan, maka dikhawatirkan dengan semakin tingginya tingkat eksplorasi terhadap labi-labi akan dapat menimbulkan penurunan populasi yang dapat mengancam kelestariannya.
                Di Indonesia telah ada usaha pembudidayaan labi-labi, namun jumlahnya masih terlalu sedikit. Maka dalam rangka menjaga kelestarian populasi labi-labi di alam sekaligus dalam upaya pengembangan usaha budidaya labi-labi  perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara luas melalui pengembangan usaha budidaya labi-labi sehingga dapat lebih berkembang. Lebih lanjut diharapkan melalui usaha budidaya labi-labi ini , maka pendapatan masyarakat melalui sub sektor perikanan akan semakin meningkat dan devisa negara akan semakin bertambah.

II . TINJAUAN PUSTAKA

A.Biologi Labi-labi

 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Wilkinson (1979) dalam Ditjenkan (1991), klasifikasi labi-labi adalah :
                                Filum              :  Chordata
                                Sub Filum       : Vertebrata
                                Klas                 : Reptilia
                                Ordo                :  Testudinata
                                Sub Ordo         : Cryptodine
                                Family             : Trionichydae
                                Genus              : Trionyx
                                Species            : Trionyx  spp.
Nama lain  ; Inggris (The black rafed soft shell), Indonesia (kuya, bulus, labi-labi, kura-kura air tawar); China (pio, chia).

                        Ciri-ciri morfologi menurut Pritchard (1979), T. cartilageneus (The black Rayed soft- shell) adalah merupakan spesies yang berukuran besar, dapat mempunyai ukuran panjang 28 “ (70 cm). Masih kerabat dekat dengan T. formosus (The Burmese soft-shell) yang sama-sama memeliki kekurangan tulang preneural. Penyebarannya : Burma, Thailan, Laos bagian selatan, Kamboja Utara dan Selatan, Vietnam hingga Teluk Tonkin, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Memiliki moncong yang lebih panjang dari diamater matanya. Warna punggung sangat bervariasi, yang masih muda warna punggungnya terutama berwarna hijau pudar dengan garis hitam lebar yang menyebar. Seluruh permukaan punggung berbintik-bintik kuning dan ada 1 – 2 bintik tak beraturan berwarna hitam dengan lingkaran luar kuning. Cangkang bawah berwarna putih ke abu-abuan, kepalanya berwarna coklat gelap/tua atau berwarna abu-abu dengan bintik-bintik kuning yang banyak sekali.
Kebiasaan hidup
Labi-labi hidup di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 o C (Ikenoue dan Kafuku , 1992 dalam Nurbaiti, 1999).  Habitat yang disukai  adalah perairan tergenang  dengan dasar perairan lumpur berpasir , terdapat batu-batuan dan tak terlalu dalam. Labi-labi biasanya tak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak di atas batu-batuan untuk berjemur. Labi-labi biasanya menyukai perairan yang banyak dihuni oleh hewan air (molusca, ikan, crustacea dan lain-lain) serta  pada permukaan airnya terdapat tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok, salvinia, monochorida, teratai dan lain-lainnya karena dapat menjadi bahan makanan di dalam air (Ditjenkan, 1995).
                Menurut anonymous (1999), kebiasaan berjemur labi-labi  merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka bulus akan mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis.
                Pada kondisi lingkungan bersuhu rendah (kurang dari 30 o C), aktifitas bulus akan menurun, nafsu makan berkurang.  Biasanya bulus akan menyelam dan memendamkan dirinya dalam lumpur.  Di negara-negara yang mengalami 4 musim seperti di Jepang, pada musim dingin dimana suhu lingkungan sangat rendah, biasanya bulus membenamkan diri dan melakukan tidur suri. Dalam kondisi ini bulus tidak makan, tidak bergerak, tak tumbuh dan tingkat metabolismenya mencapai tingkat terendah.
                Labi-labi menyukai lingkungan yang tenang dan penakut sehingga bila didekati akan melarikan diri atau menyelam. Labi-labi juga mempunyai kebiasaan berkelahi, saling menggigit dengan teman-temannya. Hal ini didasari kebiasaan labi-labi yang  sering ditemukan hidup secara tidak berkelompok (Suwarno , 1996 dalam Nurbaiti, 1999).
            Dalam kebiasaan makan, labi-labi seperti hewan karnivora lainnya, memakan udang kecil, ikan dan kerang-kerangan.  Menurut Ritchard (1979), selain ikan dan udang-udangam, labi-labi juga menyukai makanan dari bangsa amphibi, Sedangkan menurut anonymous (1999), labi-labi juga menyukai jenis siput atau keong.
 Reproduksi
Labi-labi berkembang biak dengan bertelur (ovivar). Alat reproduksi labi-labi jantan berupa  penis yang terletak pada dinding ventral rotodenum dan pembuahan dilakukan secara internal.  Untuk membedakan labi-labi jantan dan betina secara mudah dapat dilihat dari bentuk ekor. Pada labi-labi jantan bentuk ekor memanjang sehingga ujungnya banyak terlihat diluar cangkangnya, Sebaliknya pada labi-labi betina bentuk ekor lebih pendek sehingga tidak tampak di luar cangkangnya. Kematangan gonad biasanya  terjadi pada bulan Mei dan Juni pada saat temperatur air berkisar 20 o C, dua  minggu kemudian betina akan memijah dan kemudian bertelur di darat di tempat yang berpasir.
Pada saat labi-labi betina akan bertelur biasanya dengan kaki belakang akan menggali lubang sedalam 20 cm, untuk menyimpan telur yang baru dikeluarkan  ke dalam lubang tersebut. Sebelum induknya kembali ke air, lubang tersebut ditutup kembali dengan pasir. Menurut Ikenoue dan Kafuku (1992) dalam Nurbaiti (1999), labi-labi betina bertelur 3-4 kali dalam setahun dengan interval waktu 2-3 minggu. Sekali bertelur jumlahnya 10 - 30 butir. Bentuk telurnya bulat berwarna putih kekuningan atau krem dengan garis tengah berkisar antara 1,5 – 2 cm dengan berat rata-rata    5 gram dengan  tekstur bagian luar relatif keras. Telur akan menetas menjadi tukik setelah              45 - 60 hari.

B. Budidaya Labi-labi

Pemijahan

Kolam untuk budidaya lokasinya terbuka tidak terlindung pohon atau bangunan sehingga  cahaya matahari tidak terhalangi. Dasar kolam sebaiknya berpasir. Dinding pematang kolam dibuat miring yang berfungsi sebagai tempat labi-labi berjemur dan tempat meletakan makanan. Tinggi pematang antara 100-150 cm dan sebaiknya dilengkapi dengan bibir sepanjang 12 cm.  Pada kolam ini biasanya dipasang pula rakit dari bambu sebagai tempat berjemur labi-labi.  Di salah satu sudut kolam pemijahan dibuat  kandang tempat bertelur. Luas kolam berkisar antara 700-1000 m2, dengan kedalaman antara 40-80 cm. Sebagaimana layaknya  kolam pemeliharaan ikan, dasar kolam dibuat miring  dari pemasukan ke arah pengeluaran untuk memudahkan  pada saat pengeringan kolam (Maswardi dkk, 1996).
                 Induk yang digunakan harus diseleksi guna memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : sehat, tidak ada cacat, gerakan aktif, berat badan tidak boleh kurang dari 1 kg. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:4 dengan padat penebaran tidak lebih 5 ekor/m2 (anonymous, 1999). Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah, udang air tawar, ketam ,kodok, siput air atau cacing tanah. Frekwensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali/sehari. Sebanyak 1/5-1/10 berat badan (Harijono, 1998).
Penetasan
                Umumnya induk bertelur pada malam hari, pengambilan telur dapat dilakukan pada keesokan harinya.  Telur-telur yang telah dikumpulkan diseleksi untuk mengetahui telur dibuahi atau tidak. Menurut Maswardi dkk, 1996, telur yang dibuahi biasanya berwarna coklat keabu-abuan, sedangkan yang tidak dibuahi ditandai dengan adanya bercak-bercak putih yang besar. Telur-telur hasil seleksi ditempatkan dalam inkubator. Penempatan telur di inkubator dilakukan setelah dasar inkubator dilapisi dengan pasir secukupnya. Lalu telur disusun di atas pasir dengan jarak antar telur 2 cm. Rongga udaranya berada disebelah atas. Selanjutnya ditutupi pasir kembali setebal 5 cm. Inkubator dipertahankan suhunya pada 30 o C dan kelembaban diatur dengan cara penyemprotan air secukupnya setiap hari. Cara mempertahankan suhu dalam inkubator, dapat dilakukan dengan menempatkan lampu pijar  yang diatur penggunaannya sesuai kondisi suhu yang ada  atau menyediakan ventilasi udara yang dapat dibuka dan ditutup. Telur labi-labi biasanya akan menetas setelah 45-60 hari. Benih labi-labi yang baru menetas secara naluri akan mancari air, oleh karenanya dalam inkubator perlu juga disediakan baskom yang berisi air dan diletakkan sejajar dengan tinggi pasir.
Pendederan
Kolam pendederan dapat dibuat dari beton  yanag dilengkapi dengan pelindung  dari plastik dengan kerangka kayu. Luas kolam berkisar antara 10 – 60 m2. Dasar bak sebaiknya bersubtrat pasir dan kedalaman air 40-50 cm.  Disekeliling kolam ditempatkan shelter berupa papan atau tumbuhan air sebagai tempat bertengger  atau berjemur.
                Pakan yang diberikan berupa cacing tubifex dan udang giling. Jumlah pakan sebanyak 10% dari bobot biomass per hari dengan frekwensi pemberian 2 kali sehari. Bila menggunakan pakan berupa ikan giling dan kuning telur ayam rebus, diberikan sebanyak 20% berat biomass dan bila menggunakan pakan berupa sidat cukup 5% saja.
                Suhu air selama pemeliharaan  dipertahankan   32 o C sehingga akan merangsang nafsu makan dan mempercepat pertumbuhan. Lama pemeliharaan pada kolam  pendederan selama 30 hari yang selanjutnya dimasukkan ke kolam pembesaran.
Pembesaran
Kolam pembesaran konstruksinya seperti kolam pemijahan, namun dilengkapi dengan tempat bertelur. Biasanya berkisar antara 700-1200 m2 dengan kedalaman antara 70-100 m. Pembesaran dilakukan dengan padat tebar 10 ekor/m2. Untuk mencapai ukuran konsumsi seberat     500 gram/ekor diperlukan lama pemeliharaan  selama 8 bulan. Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah yang dicampur ke dalam bungkil jagung/kedelai. Dapat pula berupa sidat.  Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5% bobot biomass/hari dengan frekuensi 1-3 kali sehari. Suhu air yang dikehendaki selama pemeliharaan antara 26-30 o C. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring atau ditangkap dengan tangan setelah air di kolam disurutkan.

III. BAHAN DAN METODA

Persyaratan Induk

                Induk yang digunakan adalah induk hasil tangkapan dari alam yang penangkapannya tidak menggunakan alat setrum atau pancing, sebaiknya hasil dari jaring atau diserok. Induk jantan dan betina yang siap untuk dipijahkan berukuran minimal 1 kg/ekor, tidak cacat dan kondisi sehat. Produksi yang baik sampai umur 5 tahun, kemudian menurun dan kualitas telur kurang baik.

Pemijahan

                Pemijahan dengan menggunakan wadah kolam dengan ketinggian 1 m dan kedalaman air  0,5 – 0,75 m. Pematang tembok dilengkapi pemasukan dan pengeluaran air. Pada tepi kolam dilengkapi kandang untuk bertelur, dari kandang dibuatkan sarana untuk berjalan bagi labi-labi yang akan bertelur. Dasar kandang diberi pasir yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan telur. Biasanya labi-labi bertelur pada malam hari, kemudian keesokan harinya telur dikumpulkan dan dilanjutkan untuk ditetaskan. Padat penebaran 5 ekor/m2 dengan perbandingan sex rasio 1: 4, yaitu  1 ekor  jantan dan 4 ekor betina. Pakan yang diberikan berupa pellet dan ikan rucah sebanyak 10% dengan frekuensi 2 kali sehari. Labi-labi bertelur antara 4 – 12 butir per ekor.

Penetasan Telur

            Telur yang berada di kandang kemudian disusun di tempat penetasan yang berupa plastik yang berukuran 40 X 40 X 5 cm  dan diisi pasir. Telur disusun dengan jarak 2 cm diatas pasir dan kemudian ditutup pasir.
                Telur yang sudah disusun kemudian disimpan dalam ruangan tertutup dengan suhu 31 0 C. Agar suhu ruangan tetap stabil dilengkapi lampu pijar, dan juga dilengkapi penutup. Apabila suhu terlalu tinggi bisa dibuka. Selain suhunya dijaga, kelembabannya juga dijaga dengan cara menyemprotkan air ke permukaan pasir setiap hari. Setelah menetas, tukik mencari air kemudian tukik dipindahkan di bak pendederan.

Pendederan Tukik

                Pendederan tukik menggunakan bak beton dengan kedalaman air 40-50 cm. Bak dilengkapi pemasukan dan pengeluaran air serta dibuatkan papan yang diletakkan sejajar dengan permukaan air guna menaruh pakan dan juga berfungsi untuk berjemur tukik. Pakan yang diberikan berupa pasta yang terbuat dari campuran telur dan pellet halus. Dosis Pemberian sebanyak 20 % dari berat biomass dengan frekuensi 3 kali sehari. Lama pemeliharaan 30 hari, kemudian dibesarkan.

Pembesaran

                Pembesaran tukik labi-labi dilakukan di kolam tembok dengan dasar tanah. Bagian tepi kolam sejajar dengan permukaan air dibuatkan rakit dari bambu atau papan yang berguna untuk tempat pakan dan berjemur. Tinggi kolam 1 m dengan kedalaman 50-75 cm. Padat penebaran 10 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pellet dan ikan rucah dengan dosis 10% dari berat biomass, frekuensi pemberian 3 kali sehari. Agar hasilnya baik, sebelumnya kolam disiapkan terlebih dahulu yang meliputi  pengeringan, pengapuran dan pembalikan tanah dasar. Untuk mengetahui kualitas air dilakukan monitoring minimal 3 kali, yaitu pada waktu awal, pertengahan dan akhir pemeliharaan. Setelah lama  pemeliharaan 30 hari dilakukan pergantian air sebanyak 25-50 %.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemijahan

                Dari hasil pemijahan sebanyak 20 ekor labi-labi lokal yang memijah hanya 3 ekor atau 15% dari jumlah populasi dan menghasilkan telur sebanyak 39 butir. Menetas antara bulan Mei – Juni. Bentuk telur bulat dengan diameter 1,5 – 2 cm dengan berat 5 gram berwarna putih kekuningan.

Penetasan Telur

                Telur hasil dari pemijahan kemudian dicek untuk mengetahui telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur yang dibuahi berjumlah 30 butir (77%). Hasil penetasan dari 30 butir telur ini berjumlah 11 butir (36%).

Pendederan Tukik

                Pendederan tukik dilakukan di bak, dengan pakan berupa pasta sebanyak 20% dengan frekuensi 3 kali sehari. Dari penebaran 11 ekor dengan berat rata-rata 8,4 gram selama 30 hari mengalami pertumbuhan menjadi berat rata-rata 10,5 gram dengan kematian sebanyak 3 ekor (27%).

Pembesaran

                Pembesaran dilakukan di kolam dengan kepadatan 3 ekor/ m2. Pembesaran sebanyak 100 ekor dengan berat awal rata-rata 10,5 gram selam 7 bulan. Hasil yang dicapai adalah berat rata-rata 48,9 gram dengan sintasan 41,5%.

V. DAFTAR  PUSTAKA



A. Maswardi, C. Harimurti Adi,  S. Hanif dan  A.J.  Pamungkas, 1996. Budidaya Labi-labi.     Balai Budidaya Air Tawar- Sukabumi.

A. Maswardi, H. Sutomo dan  A.J.  Pamungkas, 1996. Prospek Pembenihan Labi-labi        (Trionyx sp.). Balai Budidaya Air Tawar- Sukabumi.

Anonymous, 1997. Budidaya labi-labi. Karawang.

Senin, 20 Desember 2010

budidaya kerapu

TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU
PENYIAPAN DAN PENEBARAN BENIH
Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun pembenihan. Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas, ukuran tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat penangkapan dan pengangkutan. Dengan alasan tersebut lebih baik benih yang digunakan berasal da pembenihan. Selain jumlahnya banyak, ukuran relatif seragam serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Benih yang sehat tampak dari warnanya cerah, geraknya lincah dan aktif, nafsu makannya tinggi serta tidak ada cacat tubuh.

Pada tabel dibawah ini diberikan gambaran standar padat tebar dan ukuran tebar pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu.
Tabel 1. Standar wadah pemeliharaan, padat tebar, ukuran teba- lama pemeliharaan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus)
No.
Kegiatan
Ukuran ikan (gram)
15 - 25
50 - 75
400 - 500
1.
Wadah pemeliharaan
jaring
jaring
jaring
2.
Penebaran :
- Padat tebar (ekor/m3)
150 - 200
75 - 100
20 - 25
3.
Lama pemeliharaan (bln)
1
2
4
4.
Sintasan produksi (%)
> 80
> 85
> 95
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 Kepadatan optimum untuk fase pendederan adalah 150-200 ekor/m3 dengan rata-rata panjang ikan 9-12 cm dan berat 15-25 g. Setelah dibesarkan selama 1-1,5 bulan, kepadatannya dikurangi menjadi 100 ekor/m3. Kepadatan ini harus dipertahankan hingga masa pembesaran 2 bulan, selanjutnya kepadatan menjadi 20-25 ekor/m3 dipertahankan selama 4 bulan hingga ikan mencapai ukuran konsumsi (400-500 g).
Tabel 2. Standar wadah pemeliharaan, padat tebar, ukuran tebar, lama pemeliharaan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
No.
Kegiatan
Ukuran ikan (gram)
15-25
50-75
400 - 500
1.
Wadah pemeliharaan
jaring
jaring
jaring
2.
Penebaran :
- Padat tebar (ekor/m3)
150-200
75-100
20-25
3.
Lama pemeliharaan (bulan)
3
3
9
4.
Sintasan produksi (%)
90
95
95
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 PEMBERIAN PAKAN
Pemilihan jenis pakan untuk pembesaran harus didasarkan pada kemauan ikan untuk memakan pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi dan harga atau nilai ekonomis. Pada umumnya untuk ikan kerapu diberikan ikan rucah segar karena harganya relatif murah, bisa juga pakan buatan berupa pellet sebagai pengganti ikan rucah.

Frekuensi Pernberian Pakan
Keberhasilan pembesaran ikan kerapu sangat tergantung pada kecukupan pakan. Pada tahap awal pembesaran, pemberian pakan dilakukan sesering mungkin sampai ikan benar-benar kenyang, minimal tiga kali sehari. Tahap berikutnya waktu dan frekwensi pemberian pakan harus tepat agar pertumbuhan baik dan penggunaan pakan menjadi efisien, karena berkaitan dengan pencernaan dan pemakaian energi. Sebaiknya pemberian pakan 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari. Pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan.

Rasio Pemberian Pakan
Rasio pemberian pakan harus tepat agar pakan yang diberikan dapat efisien dikonsumsi ikan yang dipelihara dan memberikan kelangsungan hidup yang baik yaitu :

Tabel 3. Standar jenis dan dosis penggunaan pakan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu macan dan bebek.
No.
Dosis dan Jenis pakan
Ukuran ikan (gram)
15 - 25
50 - 75
400 - 500
1. Ikan mean segar (%)
10 - 15
7,5 - 10
5 - 7,5
2. Pellet (%)
7,5 - 10
5 - 7,5
3 - 5
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 Pemberian Multivitamin
Kegunaan penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan tubuh ikan sehingga dapat tumbuh secara normal, di samping itu dapat mencegah terjadinya lordosis dan scoliosis atau tubuh bengkok karena perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna. Manfaat lain adalah dapat meningkatkan sintasan ikan, atau menurunkan tingkat kematian, berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh menjadi lebih cerah dan agresif. Dapat juga diberikan tambahan vitamin C sebanyak 2 gram/kg berat pakan yang diberikan 2 kali per minggu.

Tabel 4. Standar penggunaan jenis dan dosis anastesi, desinfectan, dan obat-obatan pada pembesaran ikan kerapu macan dan bebek sesuai SNI 01-6487.4-2000.
No.
Jenis
Dosis
Keterangan
1
Treflan
1 ppm
Dioleskan
2
Acriflavin
5-10 ppm
Perendaman 1-2 jam
3
Prefuran
1 ppm
Perendaman 30 - 60 menit
4
Methilyne blue
3-5 ppm
Perendaman 30 - 60 menit
5
Vitamin C
2-4 g/kg pakan
Pencampuran dim pakan
6
Multivitamin
3-5 g/kg pakan
Pencampuran dim pakan
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 MONITORING PERTUMBUHAN IKAN
Untuk menentukan dosis pakan perlu dilakukan pengukuran berat dan panjang ikan dengan cara sampling (acak) sebanyak 10% minimal sebulan sekali. Ikan dibius terlebih dahulu sebelum diukur. Kematian selama pemeliharaan juga dihitung untuk memperoleh nilai SR (kelulusan hidup) selama pemeliharaan. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah yang diberikan dan mutu pakan. Laju pertumbuhan ikan kerapu bebek 1-1,3 gram/hari sedangkan laju pertumbuhan kerapu macan 2,5-3 gram/hari (hasil kajian Balai Budidaya Laut Lampung).

Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400-500 gram selama 12-14 bulan, sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke tujuh dengan berat 525 gram. Pertambahan berat kerapu bebek relatif lebih lambat dibanding kerapu macan hal ini dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh.Dari hasil pengamatan di BBL Lampung pertambahan berat kerapu bebek dan kerapu macan selama pembesaran di karamba jaring apung adalah sbb.
Tabel 5 Pertambahan Berat Ikan Kerapu Bebek dan Macan selama Fase Pembesaran (gram)
Bulan ke
Kerapu Macan
Kerapu Bebek
1
82,5
34,5
2
165,0
69,0
3
247,5
103,5
4
320,0
138,0
5
412,5
172,5
6
495,0
207,0
7
577,5
241,5
8
660,0
276,0
9
742,5
310,5
10
825,0
345,0
11
907,5
379,5
12
990,0
414,0
Sumber: Balai Budidaya Laut Lampung, 2001 Tabel Padat Penebaran, Lama Pemeliharaan dan Sintasan Produksi dalam Pembesaran Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Bebek.
No.
Kegiatan
Jenis Ikan
Kerapu Bebek
Kerapu Macan
1
Padat penebaran ekor/m3
20-25
20-25
2
Lama pemeliharaan (bulan)
12
7
3
Sintasan produksi (%)
95
95
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002
PEMILAHAN UKURAN
Kerapu macan termasuk ikan buas dan memiliki sifat kanibal. Oleh sebab itu kegiatan pemilahan atau penyeragaman ukuran harus secara rutin dilakukan. Hal ini dilakukan agar setiap waring/jaring hanya diisi ikan yang berukuran sama, bila ada perbedaan ukuran maka ikan yang lebih kecil akan kalah bersaing dengan ikan yang lebih besar dalam memperoleh makanan, hal ini bisa menyebabkan banyak kematian.

Penyeragaman ukuran dilakukan mulai dari awal pembesaran dan selanjutnya diteruskan minimal setiap dua minggu sekali, terutama kalau terdapat variasi ukuran. Pemilahan ukuran dilakukan dengan cara jaring/waring diangkat lalu ikan diambil dan ditampung dalam ember plastik berkapasitas 100 liter, kemudian ikan diseleksi berdasarkan ukuran dan dimasukan kembali dalam wadah pemeliharaan.
PERAWATAN WARING DAN JARING
Perawatan dan pengontrolan waring/jaring selama masa pembesaran mutlak dilakukan. Waring/jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen dan menghambat pertumbuhan dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan. Penggantian waring/jaring yang kotor dengan yang bersih dilakukan minimal 3 minggu sekali. Waring/jaring yang kotor dijemur sampai kering lalu dicuci dengan cara disemprot air. Setelah bersih dijemur kembali sampai kering, sebelum digunakan waring/jaring dikontrol kembali apakah ada yang rusak atau putus.

PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN KUALITAS AIR
Pengamatan kesehatan ikan perlu dilakukan secara visual dan organoleptik untuk mengamati ektoparasit dan morfologi ikan. Sedangkan pengamatan secara mikroskopik dilakukan di laboratorium untuk pemeriksaan jasad patogen (endo perasit, jamur, bakteri dan virus).

Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, amoniak, amonium sulfat, nitrit, nitrat, chlorin, dsb) dilakukan dengan menggunakan termometer untuk suhu, refractometer untuk mengukur salinitas, pH meter atau kertas lakmus untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air lainnya disesuaikan dengan petunjuk kerja dari masing-masing alat yang digunakan. Frekuensi pengukuran dilakukan minimal dua kali seminggu.

kerapu macan


Kerapu Macan

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di wilayah Indo-Pasifik.


A. Sistematika
Famili: Serranidae
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus
Nama dagang brown marble grouper, flowery cod, blotchy rock cod, carpet cod, aka madaharata, lo fu pan
Nama lokal : garopa


B. Ciri-crii dan Aspek Biologi


1. Ciri fisik
Bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan dipenuhi
dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap. Bintik-bintik di
bagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik semakin mengecil ke
arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar kehitaman.


2. Pertumbuhan

Di alam, ikan kerapu macan dapat mencapai panjang total 95 cm dan bobotnya 11 kg.




C. Pemilihan lokasi budidaya

ikan ini dapat hidup dan tumbuh pada air berkadar garam 22 - 32 ppt. Oleh karena itu, lokasi budi daya dipilih sesuai dengan kriteria tersebut. Lokasi budi daya juga harus terlindung dari gelombang besar air laut dan angin kencang. Selain itu, perubahan salinitas yang besar dan aliran air kotor di lokasi budi daya harus dihindari.


D. Wadah Budi Daya
Pembesaran ikan kerapu macan dapat dilakukan di karamba jaring apung, seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 M dengan ukuran jaring 2 m X 2 M.


E. Pengelolaan Budi Daya


1. Penyediaan benih

Benih yang berasal dari hatchery harus diseleksi sebelum ditebar untuk budi daya pembesaran. Benih yang tidak normal (deformity) relatif lebih lemah dan mudah terserang penyakit. Selain itu, ikan cenderung menunjukan pertumbuhan yang lambat.


2. Penebaran benih
Benih ikan dengan bobot 5—10 g ditebar sebanyak 75— 100 ekor/m3 untuk ukuran 10 - 50 g benih bisa ditebar sebanyak 40-50 ekor/m3.



Pemberian pakan
Pakan yang diberikan bisa berupa ikan rucah ataupun pelet. Jika ingin melakukan budi daya ikan kerapu dengan pakan pelet, sangat penting untuk membiasakan benih dengan pelet selama masa pendederan. Untuk memperbaiki imunitas dan mengurangi stres ikan, disarankan untuk menambahkan vitamin C ke dalam pelet.


Kerapu macan termasuk jenis ikan predator. Oleh karena itu, pembudidayaan ikan ini memerlukan pakan berupa ikan rucah segar atau pelet berkadar protein tinggi. Pakan yang dimakan ikan kerapu akan tercerna 95% setelah 36 jam dalam lambung sehingga peniberian pakan dilakukan selang satu hari. Pada keadaan stres, ikan ini akan memuntahkan pakan yang dimakannya.














F. Pengendalian Hama dan penyakit
Kerapu macan yang dibudidayakan di KJA kerap kali cacat pada tutup insang, mulut, dan tengkuk belum diketahui jelas penyebabnya. Adapun ciri-ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan.

Pengamatan kondisi pakan sangat penting untuk mendeteksi adanya penyakit pada ikan.

Saat kondisi kesehatan Ikan kerapu berubah menjadi buruk biasanya sering berenang di permukaan air karena gelembung renang membengkak. Apabila terdapat ikan semacam ini, pengamatan untuk mengetahui penyebabnya harus segera dilakukan.


pada tingkat benih sering terserang VNN. Gejalanya adalah perubahan warna menjadi lebih gelap, berenang lambat, dan berputar. serangan VNN berpengaruh besar terhadap laju pertumbuhan benih. Untukmenghindari serangan penyakit ini, telur yang digunakan harus bebas VNN.


parasit cacing kulit dengan mudah menginfeksi pada kerapu yang dibudidayakan. Untuk menekan pengaruh parasit pada ikan, sebaiknya melakukan perendaman ikan dalam air tawar (5 menit) dan mengganti jaring setiap 2-4 minggu. Sementara itu, parasit, seperti cacing insang dapat dibersihkan dengan perendaman ikan dalam air bersalinitas tinggi (6o ppt selama 15 menit).



G. Panen
Kerapu macan dapat dipanen setelah berukuran 5oo-600 g/ ekor. Umumnya ukuran tersebut diperoleh setelah pemeliharaan 6— 8 bulan. Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung, kebutuhan. Adapun cara panennya sama seperti panen
ikan di KJA. M

Jumat, 17 Desember 2010

Bila Ikan Tuna Masuk Kolam

TUNA adalah jenis ikan yang senang melanglang buana. Secara bergerombol, ribuan ikan tuna sirip biru selatan (southern blue fin tuna), misalnya, bisa berpindah dari Samudera Hindia ke sebelah barat Benua Australia hingga Samudera Selatan dekat Kutub. Jarak ribuan kilometer itu ditempuh dengan kecepatan tinggi sehingga jenis ikan pelagis ini tergolong sulit ditangkap.
Untuk menaklukkannya, mereka mengembangkan berbagai jenis alat tangkap dari yang sederhana hingga modern dengan daya tangkap yang intensif. Tak heran dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan telah terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan penjelajah itu.
Menurut Sam Simorangkir, Ketua I Asosiasi Tuna Indonesia, menurunnya hasil tangkapan ikan tuna di dunia telah terlihat sejak tiga tahun terakhir, yaitu dari produksi 3,9 juta ton pada tahun 1999 menjadi 3,6 juta ton tahun 2002.
Selain jumlah, ia pun menyebut adanya kecenderungan penurunan berat per ekor dalam seperempat abad terakhir ini, yaitu dari 37 kilogram (kg) rata-rata per ekor pada tahun 1973 menjadi 26 kg pada tahun 1999. Hal tersebut menunjukkan menurunnya populasi tuna karena penangkapan berlebih dan berkurangnya ketersediaan serta kualitas sumber pakannya. Populasi tuna di alam yang terus menurun itu belum juga mendorong upaya pengurangan kegiatan penangkapannya. Akibatnya, ikan tuna kini terancam populasinya di muka Bumi.Dalam pertemuan Convention on International Trade in Endangered Species on Wild Fauna And Flora (CITES) pada tahun 1992, telah dinyatakan bahwa ikan tuna sirip biru yang banyak ditangkap di Samudera Pasifik merupakan spesies yang nyaris punah.
Budidaya tuna
Melihat kecenderungan itu, Jepang sebagai konsumen terbesar dari semua jenis ikan tuna menjadi khawatir. Karena itu, bangsa penggemar ikan ini merintis upaya budidaya tuna sebagai upaya mengurangi eksploitasi ikan tuna di laut. Mereka mengembangkan teknik budidaya tuna jenis sirip biru utara (northern blue fin tuna).
Dengan keberhasilan itu, Jepang menjadi negara pertama yang membudidayakan ikan pelagis ini dari mulai tahap pemijahan.
Saat ini, budidaya yang dilakukan masih terbatas pada upaya pembesaran, yaitu menangkap anak tuna kemudian dibesarkan di jaring terapung di laut, seperti yang dilakukan Australia. Anak ikan tuna sirip biru yang beratnya 1 kg hingga 5 kg akan dipelihara hingga 2 tahun untuk mencapai berat yang layak dipasarkan. Produksi ternak tuna dari negeri kanguru ini mencapai 7.500 ton tahun lalu.
Selain Australia, beberapa negara Mediterania (seperti Spanyol, Italia, Maroko, Portugis, Malta, Kroasia, dan Turki), Meksiko, dan Jepang telah melakukan upaya pembesaran ikan tuna. Dari negara Mediterania dihasilkan 11.300 ton tuna sirip biru, sedangkan Jepang 3.000 ton tuna jenis yang sama.
Namun, untuk membesarkan tuna, masing-masing negara menerapkan periode pembesaran dan ukuran tuna tangkapan yang berbeda. Jepang membesarkan tuna mulai dari ukuran 100 gram hingga 500 gram selama dua hingga tiga tahun, sedangkan kelompok negara Mediterania, tuna dipelihara selama 6 bulan saja, namun berat tuna yang ditangkap dari alam bobotnya 50-200 kg.
Jepang kini telah selangkah lebih maju dengan melakukan pemijahan. Tidak cukup memijah tuna sirip biru, peneliti tuna dari Negeri Matahari terbit ini menyeberang ke Benua Amerika, menjalin kerja sama dengan Panama yang menjadi eksportir tuna terbesar dari Amerika Latin.
Program budidaya tuna jenis albacore di Panama sudah dilakukan delapan tahun lalu. Budidaya itu kini juga sudah sampai tahap pemijahan hingga pembesaran. Namun, pembenihan ikan tuna yang dilakukan sejak tahun 1997 hingga saat ini masih dalam skala laboratorium.
Perhatian Jepang kini beralih ke Indonesia sebagai negara pemasok ikan tuna terbesar ke Jepang. Jepang memang merupakan importir tuna terbesar dari Indonesia. Pada kurun waktu dari Januari hingga Juni 2002 Jepang mengimpor 31.578 ton tuna dari seluruh dunia, sebanyak 9.455 ton di antaranya berasal dari Indonesia.
Karena itu, Jepang menganggap kerja sama riset tuna dengan Indonesia merupakan hal penting, seperti yang dikemukakan Presiden Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) Junji Kawai saat meresmikan fasilitas riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Gondol, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (22/4) lalu.
Riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Gondol, Bali, diharapkan dapat mengurangi penangkapan ikan tuna di perairan Indonesia. Diketahui, Indonesia termasuk negara dengan jenis tuna terbanyak. Ada enam jenis ikan tuna yang dijumpai di perairan Indonesia, yaitu tuna mata besar (big-eye), tuna sirip biru selatan, tuna sirip kuning (yellow fin tuna), albacore, dan tuna ekor panjang (longtail).
Komoditas ekspor
Bagi Indonesia, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, riset tuna merupakan program terobosan yang mempunyai nilai penting. Karena, ikan tuna bagi Indonesia merupakan komoditas ekspor terbesar kedua setelah udang. Dari nilai ekspor sebesar 2 miliar dollar AS per tahun, 20 persen disumbang dari ikan tuna. Ekspor tuna total dari Indonesia mencapai 200.000 ton per tahun.
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) saat ini telah menempatkan budidaya perikanan sebagai program unggulan. Selain ikan tuna, ikan laut yang berhasil dipijah di fasilitas riset budidaya milik DKP meliputi udang, bandeng, kerapu, kakap merah, kepiting, dan teripang.
Untuk melaksanakan riset tuna itu, lembaga Jepang menunjukkan keseriusannya dengan memberi bantuan hibah untuk pembangunan fasilitas pembenihan atau hatchery sebesar Rp 10 miliar dan menyediakan tenaga ahli. Nilai hibah yang akan diberikan sebesar 2, 9 juta dollar AS untuk program riset hingga akhir tahun 2003.
Dalam hal ini, pihak Indonesia akan menyediakan lahan dan tenaga teknis. Pelaksanaan kerja sama yang akan berlangsung hingga tahun 2005 mulai dilakukan setelah penandatanganan kerja sama antara kedua belah pihak pada 21 Agustus 2001.
Riset tuna di Gondol, Bali, jelas Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP Indroyono Susilo, diawali dengan menangkap induk tuna di laut. "Saat ini baru tertangkap 5 induk tuna yang telah dipelihara di bak atau kolam khusus," jelasnya.
Kemudian akan dilakukan riset pembiakan dari telur menjadi gonad. Tahap berikutnya adalah riset pakannya agar berprotein namun tidak membuatnya gemuk sehingga sesuai dengan pakan alaminya. Pada tahap terakhir riset yang direncanakan selama tiga tahun ini adalah riset penyakit dan obatnya.
Dalam pelaksanaan budidaya tuna, ujar Kepala Pusat Perikanan Budidaya DKP Ketut Sugama, ada beberapa tingkat kesulitan, antara lain pada penangkapan induk tuna di alam. Karena kegesitan gerak ikan ini diperlukan kapal berkecepatan tinggi. Penangkapannya dengan pancing juga harus diatur agar tidak membuat bakal induk tuna itu mati karena luka atau kekurangan air selama dalam penyimpanan di kapal.
Tuna yang biasa bergerak lincah ini bila dipelihara di kolam akan mengalami peningkatan pesat bobot tubuhnya. Tuna sirip kuning yang diteliti beratnya saat ditangkap 4 kg. Namun, setelah dipelihara selama dua tahun dalam jaring apung di laut bisa menjadi 80 kg. Namun, bila dipelihara di kolam, ikan ini akan kurang bergerak sehingga kandungan lemaknya akan naik cepat dari sekitar 0,1 hingga 0,5 persen berat tubuhnya menjadi 10 hingga 20 persen dalam waktu dua bulan.
Peternakan tuna
Budidaya tuna sebenarnya telah mulai dirintis lima tahun lalu oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan mengembangkan sistem jaring apung di laut, seperti yang dilakukan Australia. Di negara benua ini, tuna berukuran kecil ditangkap dari alam dengan towing cage kemudian dipindahkan ke sangkar jaring di tepi pantai. Tuna dipelihara sampai mencapai ukuran ekonomis tertentu, baru dijual.
Husni Amrullah, peneliti BPPT yang pernah menjadi Koordinator Tim Studi Tuna, menjelaskan, tujuan dari uji coba budidaya tuna yang rencananya akan dilakukan di Pulau Seram, Ambon, itu untuk meningkatkan perekonomian nelayan di Kawasan Timur Indonesia. Diketahui, Indonesia termasuk 10 besar negara pengekspor tuna, namun tuna Indonesia dihargai rendah karena kualitas hasil tangkapannya rendah.
"Sistem penampungan sementara di jaring terapung atau kolam khusus dekat pantai dapat mengatasi masalah itu," ujar Husni yang pernah diperbantukan di DKP sebagai Direktur Pembenihan Ditjen Perikanan Budidaya DKP.
Pada program budidaya tuna BPPT beberapa tahun lalu, sempat dijalin kerja sama dengan Latoka Mina Raya untuk melakukan riset bersama dan mengkaji kelayakannya dari berbagai sudut, termasuk segi ekonomisnya. Dalam hal ini diusulkan kegiatan ini masuk dalam program Riset Unggulan Kemitraan. Program itu sayangnya berhenti sampai tahap awal karena kendala pendanaannya.
Menurut dia, upaya penangkapan ikan tuna muda untuk budidaya bisa dilakukan dengan dua tujuan, untuk pembesaran semata lalu dipasarkan dan mencari induk untuk tujuan pemijahan.
Namun, budidaya untuk tujuan pembesaran di jaring apung ini memerlukan biaya yang mahal. Apalagi pemeliharaannya di kolam memerlukan sistem sirkulasi dan pengaturan kondisi lingkungan kolam yang sesuai dengan habitat ikan tuna tersebut. (yun)