I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh berbagai jenis biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua permukaan laut sampai dasar laut. Keberadaan ini sangat menarik perhatian manusia bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan biota laut yang semakn hari semakin meningkat diikuti oeh kemajuan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) khususnya tentang kehidupan laut dan berbagai jenis biotanya yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang disebut biologi laut atau marine biology.
Luas wilayah perairan Indonesia yang merupakan 2/3 bagian dari luas wilayah keseluruhan kaya dengan beraneka ragam Sumberdaya Laut yang masih belum banyak dimanfaatkan dan dikelola dengaan sempurna., yakni biota-biota lautnya.
Dengan luasnya potensi sumber daya laut tersebut, menyebabkan banyak potensi belum dimanfaatkan. Laut selain dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, ternyata di lain pihak mengalami pula penurunan atau bahkan kerusakan kualitas lingkungan karena pencemaran atau eksploitasi sumber daya secara berlebihan.
Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas wilayah 47.000 km2 termasuk wilayah kepulauan Mentawai yang luas wilayah sekitar 6,097 km2 dan wilayah pantai sepanjang 459 km2. Sumatera Barat memiliki perairan yang luas. Pantai di sebelahan barat Sumatera relatif berkarang. Salah satu diantara pantai tersebut adalah pantai Cerocok Painan.
Pantai Cerocok berada di daerah Painan kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan substratnya terdiri dari pasir dan karang. Di habitat karangnya banyak dijumpai berbagai macam komoditas ekonomis ekonomis penting diantara adalah keong, teripang, udang, rumput laut dan sebagainya.
Biologi Laut merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang semua spesies yang ada di dalam wilayah laut yang luas ini. Mulai dari klasifikasi sampai pada rahasia kehidupan dari berbagai jenis biota laut yang beraneka ragam ini. Untuk melihat berbagai macam biota yang hidup di daerah intertidal Pantai Cerocok maka perlu dilakukan praktikum biologi laut di tempat ini.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah untuk membahas biota-biota laut yang hidup di daerah intertidal Pantai Cerocok Painan. Kemudian dari biota-biota laut yang ditemukan tersebut kita dapat mengidentifikasinya sehingga kita bisa mengetahui spesiesnya.
Manfaat dari praktikum biologi laut ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai biota-biota laut yang hidup di daerah intertidal Pantai Cerocok Painan dengan harapan pengembangan pengetahuan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan, pertumbuhan serta pemanfaatan biota-biota laut ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daerah Litoral
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun karena kegiatan manusia, seperti pengundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002; Dahuri, Rais, Ginting dan Sitepu, 2001; Supriharyono, 2000a).
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut. Dimana litoral adalah bentangan pantai yang terletak antara paras air tertinggi pada pasut purnama kearah daratan dan paras air terendah dari pasut purnama kearah laut. Gari pembatas antara litoral dan laut jeluk biasanya terletak pada kejulukan 200 m dan secara kasar merupakan kejulukan dengan sinar matahari masih dapat menembus dasar laut. (:Laporan Penelitian Tim Geologi dan Sumberdaya Mineral, Kanwil Deptamben Prop. Sumatera Barat, 1997).
Daerah litoral merupakan daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar,udang,cacing dan fitoplankton(http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor PendampingPraweda/ Biologi/ 0144%20Bio% 203-5e.htm). Dikunjungi 6 Juni, 2008, 12:25)
Pada kawasan yang lebih rendah yang terus dibasahi oleh air laut saat pasang adalah zona intertidal yang lebih “nyaman” bagi beberapa hewan kecil yang bergerak lincah. Kawasan ini sesekali terendam oleh air saat pasang dan sesekali terjemur oleh teriknya matahari saat surut. Pada kawasan supratidal dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau mengubur diri kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) dan cacing pantai (Annelida) (http://www.wisataparlemen .com /frontPoweredb Joomla! Generated: 6 Juni, 2008, 12:25)
Erosi pantai didefinisikan sebagai mundurnya garis pantai dari posisinya semula. Erosi terjadi bila terjadi angkutan sedimen litoral sepanjang pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu tempat ke tempat lainnya. Angkutan sedimen litoral terjadi bila arah gelombang datang membentuk sudut dengan normal garis pantai.
2.2. Epifauna
Barnes and Hughes (1999) dan Nybakken (1997) menyatakan bahwa berdasarkan keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobentos yang hidupnya merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna seperti Crustacea dan larva serangga. Sedangkan makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan Polychaeta. Khusus pada zona intertidal, hewan-hewan yang membenamkan diri pada pasir (infauna) lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di dominasi oleh hewan-hewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir (epifauna).
Epifauna adalah hewan yang hidup di atas permukaan sedimen atau tanah ( wikipedia, 6 Juni, 2008), Madju Siagian, 2004 juga menyatakan bahwa Epifuna adalah semua semua hewan yang yang hidudiatas substrat dasar lautan atau perairan. Petersen (1918), mengemukakan bawa daerah dasar secara terus – menerus dihuni oleh sekelompok spesies yang sama dan bahwa daerah – daerah lain dihuni oleh spesies yang berlainan.
Petersen ( 1924 ) mengamati bahwa daerah – daerah yang berlainan dan organisme yang mendominasi tetap konstan dan seragam dengan berjalannya waktu. Asosiasi ini kemudian ditetapkan sebagai komunitas dan dinamakan berdasarkan hewan yang mendominasinya.
2.3. Infauna
Infauna adalah hewan akuatik yang hidup di dasar substratum, bukan di permukaannya. Biasanya, hewan infauna semakin jarang ditemukan seiring bertambahnya kedalam air dan jaraknya dari garis pantai.
Ekosistem pantai terletak antara garis air surut terendah dan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah di mana ditemukan substrat berbatu dan berkerikil (yang mendukung sejumlah terbatas flora dan fauna sesil) hingga daerah berpasir aktif (dimana ditemukan populasi bakteri, protozoa, metazoa) dan daerah berpasir bersubstrat liat dan Lumpur (di mana ditemukan sejumlah besar komunitas infauna) (Bengen, 2002).
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Woodin (1976) mengklasifikasian organisme infauna menjadi penggali pemakan deposit, pemakan suspensi, dan pembentuk tabung dari berbagai tipe. Klasifikasi ini tergantung pada klasifikasi oportunis-ekuilibrium.
Khususnya untuk zona beriklim sedang, komunitas organisme yang mirip dengan yang ditemukan oleh Petersen dijumpai hidup pada habitat yang serupa di seluruh dunia. Ini melahirkan konsep ekologi ini, tipe sedimen yang mirip pada kedalaman yang sama di seluruh dunia mengandung komunitas yang kurang lebih sama. Spesies tidak sama, tapi mereka sangat mirip secara ekologis dan taksonomis. Mereka menempati relung yang hampir sama ( Tharson, 1955 ).
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1., 1978).
Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Infauna dan epifauna berperan penting dalam jaring makanan di pantai berlumpur, juga bertindak sebagai konvertor untuk pembuatan bahan-bahan organik pada tingkatan trophic lebih tinggi, sehingga menyokong peningkatan produktivitas alam bebas (wildlife) dan ikan. Di lain pihak, ikan-ikan demersal, neretic, dan pemangsa terestrial contohnya elasmobranchs ( ikan hiu, skates dan manta rays-pari), flatfish dan bottomdwelling jenis lainnya; shorebirds; mamalia laut, termasuk ikan paus dan berang-berang laut; dan manusia.
Dengan diuraikannya secara rinci bagaimana berbagai rantai makanan terhubung ke dalam suatu jaringan makanan terpadu pada benthic community dalam system dinamika pantai berlumpur adalah penting untuk di jawab bahwa ekosistem pantai berlumpur ini berperan di dalam keseimbangan produktifitas primer perairan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan dilapangan dan di laboratorium. Praktikum lapangan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Juni 2008 di Pantai Cerocok Sumatera Barat. Sedangkan analisa di laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum biologi laut di lapangan adalah scop net, core dan ayakan dengan mesh size 1 mm/saringan santan kelapa, bahan pengawet spesimen (formalin 10 %), kantong plastik untuk tempat specimen (plastik kapasitas 0,5 kg), buku catatan dan alat tulis serta spidol (permanen) untuk label. Alat-alat yang digunakan di laboratorium adalah pinset, sampel flora dan fauna, tempayan tempat sorting, kamera dan buku identifikasi.
3.3. Prosedur Kerja
Sampling organisme:
a. Daerah intertidal dibagi menjadi dua atau tiga bagian (atas, tengah dan bawah)
b. Bagian atas adalah intertidal yang sebelah daratan dan begitu sebaliknya
c. Kumpulkan organisme yang hidup di setiap zona intertidal tersebut
d. Masukkan ke dalam plastik dan awetkan
e. Catat habitatnya, apakah sessile atau vagrant
f. Catat apakah organisme itu infauna atau epifauna
g. Untuk menyelidiki organisme infauna, tancapkan core secara vertikal pada permukaan sedimen dan tekan sampai kedalaman 10 cm dari permukaan. Lalu angkat dengan baik sehingga sedimen tidak tumpah dan masukkan ke saringan lalu ayak pelan-pelan di atas air.
h. Organisme yang tersaring diidentifikasi dan kalau tidak masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label (titik sampling)
i. Apabila tidak teridentifikasi di lapangan bubuhi formalin dan bawa ke laboratorium untuk kemudian diidentifikasi
j. Untuk organisme epifauna dan flora kumpulkan seperlunya, cukup satu individu yang berukuran kecil untuk setiap jenisnya.
Analisa sampel:
1. Sesampai di laboratorium, cucilah bila perlu dan letakkan di atas tray untuk diidentifikasi
2. Buatkan tabel klasifikasinya (kelas, famili, genus) menurut habitatnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Keadaan pantai Cerocok Painan adalah berpasir dan landai, gelombang yang terdapat pada perairan ini cukup besar, tapi karena adanya pemecah gelombang mengakibatkan perairan menjadi tidak begitu berombak.
Adapun hasil yang diperoleh dari hasil praktikum setelah di identifikasi adalah sebagai berikut :
1. (Trocus niloticus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mol
Class : Gasthropoda
Ordo : Caerogasthropoda
Genus : Cyaeidae
Spesies : Cypreae mappa
2. (Portunus pelagicus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Class : Crustacea
Ordo : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagis
3. (Holothuria edulis)
Klasifikasi :
Phylum : Echinodermata
Sub Phylum : Echinodea
Class : Holohuridea
Sub Class : Aspidochirotecea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Aspidochirotae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria eduli
4. Mata Kebo (Turbo brunnes)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gastropoda
Sub Class : Prosobranchia
Ordo : Archaegastropoda
Famili : Tubinidae
Genus : Turbo
Spesies : Turbo Brunnes
5. Bintang Ular Laut (Ophiroidea breuispinum)
Klasifikasi :
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuradea
Famili : Ophiuroidae
Genus : Ophiroidea
Spesies : Ophiroidea breuispinum
4.2. Pemabahasan
Dari hasil praktikum yang didapat maka pembahasan berupa ciri-ciri dari spesies tersebut yaitu :
Portunus pelagicus ciri-ciri morfologinya adalah : bentuk dan warna rajungan sangat menatik dan ada perbedaan antara jantan dan betina, puri kiri-kanan matanya 9 buah, sering tertangkap dalam jaring tangsi dan kejer yang dibentangi pada malam hari di tempat yang banyak rajungan, beratnya mencapai + 400 gram/ekor.
Rajungan (Portunus pelagicus) adalah hewan hidup di dasar laut perairan pantai pasir‑lumpuran. Mereka tergolong hewan dasar laut/bentos, tapi mereka dpt berenang ke dekat permukaan laut pd malam hari untuk mencari makan. Mereka dinamakan "swimming crab" yg artinya kepiting berenang. Walau tergolong kepiting, dlm perikanan/perdagangan ikan, rajungan dibedakan dari kepiting (Scylla serrata). Kepiting hidup di perairan payau, di hutan mangrove/di dlm lubang-lubang pematang tambak. Rajungan & kepiting tergolong dlm satu suku atau famili.
Di Indonesia terdapat 8 jenis rajungan, tapi yg terbanyak dipasarkan & yg paling komersial adalah Portunus pelagicus. Rajungan adalah hewan pemakan daging. Malam hari mencari mangsa hewan‑hewan kecil di dasar laut atau di lapisan dekat permukaan laut yg berenang‑renang berupa plankton hewan atau bukan. Rajungan jantan dpt dibedakan dari rajungan betina dari warna punggungnya. Rajungan jantan berwarna batik indah, putih di atas dasar biru kecoklat‑coklatan, sedangkan betina berwarna batik juga tapi hijau kotor. Jantan & betina dpt dibedakan dari abdomennya yang melipat ke dada. Jantan abdomennya sempit, memanjang & ujungnya runcing, sedangkan betina abdomennya lebar & ujungnya membulat agar dpt menampung telur & ini berlaku untuk semua jenis rajungan. Rajungan betina menyimpan telur yg sudah dibuahi di dlm lipatan abdomennya. Jumlahnya dpt mencapai dua juta butir. Rajungan merupakan hasil perikanan yg potensial.
Di Indonesia, jenis hewan ini sedang dicoba untuk dibudidayakan, karena menurut hasil penelitian pakar Indonesia, telur rajungan dpt ditetaskan di laboratorium & larvanya dpt dibesarkan menjadi rajungan dewasa di laboratorium.
Trocus niloticus ciri-ciri mofologinya adalah : Bercakang hitam dengan kombinasi putih, satu pasang antena untuk melihat, pencernaan lengkap, sirkulasi jantung, eksresi oleh ginjal yang disebur jantung.
Holothuria edulis ciri-ciri morfologinya adalah : tubuh bulat panjang, punggung abu-abu, berbitik putih/kuning, seluruh permukaan tubuh diselimuti lapisan kapur yang tebal/tipisnya bergantung umur, panjang tubuh 5,08-7,62 cm aktif malam hari, habitat perairan berkarang/ berpasir.
Barnes dalam Trijoko mengemukakan bahwa pergerakan teripang dengan bantuan kaki tabung yang terangkum dalam kaki ambulakral, gerakannya sangat lambat, sehingga hamper seluruh hidupnya didasar laut epibenthik. Beberapa Holothuria bergerak dengan gelombang kontraksi otot yang menyerupai gerakan ulat. Tentakel yang basah dapat melekat pada substrat untuk mengangkat tubuh dan berputar. Teripng umum dijumpai di paparan terumbu karang kemudian di pantai berbatu atau berlumpur, teripang juga dapat dijumpai di laut dalam (Nontji, 1986).
Teripang pada umumnya berada pada tempat yang airnya tenang, teripang tidak tahan terhadap suatu kondisi yang cukup ekstrim. Pada beberapa jenis tertentu jika mengalami gangguan, mereka akan mengeluarkan isi perutnya, ada juga dengan cara menyemprotkan isi alat-alat curvier berwarna putih, sangat peka, elastic dan mempunyai daya lekat tinggi (Kastoro dan Surjadinoto dalam Winanto,1987). Kondisi lingkungan dalam kehidupan teripang perlu di perhatikan, salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah salinitas (Sumarno, 1990).
Teripang merupakan salah satu komoditas ekspor dari hasil laut yang perlu segera dikembangkan cara budidayanya. Hal ini diperlukan mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi di pasaran luar negeri, namun sampai saat ini sebagian besar produknya masih merupakan hasil tangkapan dari laut, sehingga produktivitasnya masih sangat tergantung dari alam.
Dari hasil penelitian jenis hewan laut ini mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan antara lain adalah :
- Dapat hidup bergerombol dengan padat penebaran tinggi;
- Metoda budidayanya dapat dilakukan secara sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi dan modal yang besar;
- Makanannya berupa ganggang penempel, detritus, molusca kecil yang banyak tersedia di perairan alam;
- Dagingnya enak dimakan dan mudah diproses menjadi makanan serta merupakan komoditi ekspor.
- Dapat berfungsi sebagai obat
Faedah kolagen pada teripang mampu meningkatkan regenerasi sel-sel mati akibat luka sehingga mempercepat penyembuhan. Bagaimana dengan diabetes mellitus? Penyakit kencing manis itu pada dasarnya tidak bisa disembuhkan, tetapi kadar gula darah hanya bisa dikontrol. Itu pun hanya pada penderita diabetes tanpa ketergantungan insulin.
Nutrisi pada teripang mampu merangsang kelenjar pankreas memproduksi insulin. Selain itu anggota famili Holothuriidae itu memperbaiki kinerja ginjal dan limfa sehingga gula dapat dicerna dengan baik. Senyawa aktif itu juga berguna untuk mengatasi luka dinding lambung penderita maag akut dan gangguan pencernaan.
Bintang Ular Laut (Ophiroidea breuispinum) ciri-ciri morfologinya adalah : memiliki sentral disck yang kecil dan tangan panjang langsing beruas-ruas, habitat : dilaut dangkal atau di dalam, bersembunyi datu karang.
Mata Kebo (Turbo brunnes) ciri-ciri morfologinya adalah : badan lunak, terlindung oleh cangkang keras yang terlindung kalsium, cangkang berbentuk kerucut, memiliki operculum yang berwarna dasar putih dan di tengahnya berwarna hijau tua. habitat : Zona intertidal.
Spesies ini merupakan phylum molusca, dimana moluska merupakan komponen penting dan terbesar di antara hewan avertebrata di lingkungan laut. Dalam filum Moluska, klas Gastropoda merupakan komponen utama atau terbesar, menempati habitat terestrial hingga kedalaman ribuan meter di dasar laut. Umumnya bergerak dalam wilayah yang terbatas tetapi mobile.
Moluska juga merupakan sebuah grup binatang bertubuh lunak, tanpa tulang belakang (avertebrata) yang secara khas mempunyai kepala anterior, kaki ventral dan massa visera dorsal. Massa visera diselubungi oleh sebuah mantel yang sering mengeluarkan sekresi cangkang berkapur. Semua moluska dengan pengecualian jenis kerang, mempunyai radula, organ pencernaan yang unik untuk mengumpulkan makanan. Moluska sangat beragam dalam bentuk, berkisar antara yang berbentuk cacing, aplacophra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita (cephalopoda) dan tentang jumlah jenisnyam tercatat paling sedikit 60.000 jenis dari seluruh dunia. Mereka menempati habitat yang berbeda, terbentang dari laut, melalui sungai dan danau ke darat. Beberapa jenis moluska adalah anggota dominan dikomunitas padang lamun dan dikonsumsi sebagai makanan oleh manusia. Filum Moluska hidup terbagi menjadi 7 kelas yaitu :
· Aplacophora : sebuah grup kecil dari binatang menyerupai cacing, tanpa cangkangm kira-kira 300 jenis terdapat dilaut didunia.
· Polyplacophora (khiton) : binatang mempunyai tubuh pipih dan delapan katup cangkang, kira-kira 800 jenis di laut didunia.
· Monoplacophora : binatang mempunyai “limpet" dengan organ ganda yang mempertahankan ciri-ciri primitif. Kurang dari 20 jenis diketahui dari laut dalam di dunia.
· Gastropoda (keong, lintah bulan, dll) : binantang secara khas mempunyai cangkang tunggal terpilin, kepala menonol yang dilengkap dengan mata dan sungut. Lintah bulan kehilangan cangkang nya pada waktu metamorfosa. Kira-kira 40.000 jenis yang telah diketahui dari laut, air tawar dan darat dari seluruh dunia.
· Cephalopoda (cumi-cumi, gurita dan notilus): binatang mempunyai lingkaran sungut disekeliling kepala, mata dan orak berkembang baik. Kira-kira 3000 jenis terdapat dilaut didunia.
· Bivalvia (kijing, tiram dan kepah): binatang mempunyai dua katup cangkang, satu pada tiap sisi tubuhnya. Grup kedua terbesar dari moluska, kira-kira 10.000 jenis terdapat di laut dan air tawar didunia.
· Scaphopoda (keong gading): binatang mempunyai cangkang berbentung tabung seperti gading yang hidup membenamkan diiri ddidalam pasir; kira-kira 500 jenis telah diketahui dari laut didunia. (http://202.153.228.18/datin/molusca/? act= searchfrom, Rabu, 6 Juni 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Perairan laut banyak mengandung sumber-sumber mineral yang tinggi dan jumlahnya berlimpah, air laut sendiri banyak mengandung zat-zat terlarut di dalamnya yang tentunya dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi kehidupan khususnya kehidupan organisme laut itu sendiri. Selain itu laut mempunyai sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang, maka dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas daerah-daerah wilayah pesisir dan lautan.
Perairan Pantai Cerocok sudah mulai mengalami penurunan jumlah biota lautnya. Hal ini dapat terlihat dari sedikitnya spesies yang dijumpai dalam melaksanakan praktikum ini. Upaya pengolahan sumberdaya laut disamping mengeksploitasinya juga harus dilakukan upaya pelestariannya. Karena bagaimanapun juga sumberdaya yang diambil terus menerus tanpa ada usaha untuk melestarikannya akan bisa mengakibatkan terganggunya ekosistem dan rusak susunan ekologi dari lingkungan tersebut.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan untuk melakukan pengukuran parameter kualitas air seperti suhu, kecerahan, salinitas, kecepatan arus dan pH karna ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi biota laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar