Ichtyologi adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika, reproduksi, dll) dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan persaingan serta penyakitnya). Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Pola makan yang dimiliki oleh suatu jenis ikan akan memberi acuan dalam hal fasilitas dan tipe budidaya yang akan digunakan dalam kultur jenis ikan tersebut. Selain itu, bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan juga memberikan acuan dalam pengelompokkan tipe ikan yang berguna dalam klasifikasi. Ichtyologi merupakan ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia perikanan. Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik secara external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari ichtyologi.
Penggolongan Ikan dan Klasifikasi
Klasifikasi dan taksonomi merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari ilmu perikanan. Mempelajari taksonomi berarti mengetahui pengelompokan suatu individu berdasarkan perbedaan dan persamaannya sedangkan taksonomi mempelajari tentang asal usul suatu individu.
A. Identifikasi dalam tingkat analitis
Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi adalah:
- Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
- Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.
- Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
- Bentuk sirip dan gigi
- Tulang-tulang insang
Selama praktikum dilakukan beberapa jenis identifikasi pada beberapa jenis ikan yang terdiri atas:
1) Penghitungan jari-jari sirip
Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya sebagian saja.
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.
2) Garis rusuk lateral (Linea lateralis)
Salah satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang ditalui oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada.
3) Pengukuran tubuh ikan.
Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:
a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai bagian sirip ekor paling posterior.
b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)
c. Panjang sampai lekuk ekor atau l,‘ork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai lekukan sirip ekor.
d. Panjang kepala atau Head length (HdL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai tutup insang paling posterior,
e. Panjang predorsal atau Pre-dorsal length (PreDL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.
f. Panjang hidung atau Snout length (SntL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai kelopak mata paling anterior.
g. Panjang orbital belakang atau Post orbital length (Post-orbL) diukur dari bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.
h. Panjang mata atau Eve length (EyeL) diukur garis tengah dari rongga mata.
i. Panjang orbital atau Orbital length (OrbL) diukur jarak diantara kedua bagian terluar kelopak mata.
j. Panjang pangkal ekor atau Caudal penducle length (CPedL) diukur dari posterior dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.
k. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara dorsal dan ventral
l. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas dengan pertengahan kepala sebelah bawah.
m. Tebal badan adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.
n. Tebal atau lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua keeping tutup insang pada kedua sisi kepala.
o. Tinggi pipi adalah jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).
p. Tinggi bawah mata adalah jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan rahang bawah.
q. Panjang rahang atas/bawah adalah jarak yang diukur dari ujung paling anterior sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.
r. Panjang dasar sirip dadalperut adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip, dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.
s. Tinggi sirip punggung adalah jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.
B. Identifikasi dalam tingkat sintesis
Selain melakukan identifikasi dari suatu jenis ikan ikan langkah selanjutnya adalah menyusun kelompok - kelompok yang lebih tinggi dan menetapkan ciri - cirinya sehingga dapat diperoleh suatu klasifikasi untuk jenis ikan tersebut.Morfologi Ikan
Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.
Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut - turut adalah :
2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus
3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform). Penampang tubuh ideal tersebut ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdiri dari :
Contoh : pari (Dasyatis sp),
ikan sebelah (Pseudopleuronectes americanus)
2. Ideal (Fusiform, streamline)
Contoh : hiu (Carcharinus leucas),
salmon, barracuda, tuna
3. Eel-like (elongated)
Contoh : lele (Clarias bathracus),
Lamprey
4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish, butterfly fire
5. Bulat (rounded)
Contoh : buntal
6. Pita (ribbon)
Contoh : layur
LETAK MULUT (cavum oris)
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits). Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :
1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala
ORGAN GERAK (SIRIP)
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :
- Pinna dorsalis (dorsal fin)
Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
- Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
- Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
- Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
- Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
- Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras
Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah
Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras
Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
- Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor. - Diphycercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.
2 Heterocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih pendek.
3 Homocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.
GURAT SISI (linea lateralis)
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.
Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama.
Sistem Integumen
Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.
Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya.
Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :
1. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda keras lainnya. Hal ini disebabkan karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai pelindung kulit dari parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.
2. Keseimbangan cairan [air]
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan menggunakan insangnya.
3. Thermoregulasi
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.
4. Warna
Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator. Warna yang dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup dari ikan tersebut. Pada open-water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas warna keperakan di
bagian ventral dan warna iridescent biru atau hijau di bagian dorsal [countershading]. Ada tiga macam warna dominan ikan yang hidup di
lautan, yaitu keperakan bagi ikan yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan yang hidup di daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup di dasar perairan.
5. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.
6. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.
7. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.
8. Kelenjar susu
Kelenjar susu lebih banyak ditemukan pada vertebrata yang bersifat (terrestrial, meskipun. demikian pada ikan yang bersifat mamalia kelenjar tersebut juga berfungsi dengan baik.
9. Keseimbanaan garamKeseimbangan garam [homeostatis] pada ikan dilakukan pada kulit dan insang yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan berada. Pada ikan yang hidup di laut, kulit akan menjaga pengeluaran cairan dalam tubuh yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar, kulit akan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, kulit berperan dalam proses ekskresi hasil metabolisme yang dilakukan oleh tubuh.
10. Organ inderaKulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan, misalnya panas, sakit clan s ntuhan. Derivat integumen seperti barbels dan flaps memiliki sel-sel svaraf sebagai indera (`vambar 21). Barbels berlungsi sebagai alat bantu makan dan mengandung organ-organ sensory serta sebagai alat untuk kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada yang berbentuk seperti alga. Letak dari barbels ada pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut dengan bentuk rambut, pecut, sembulan, bulu dan lain-lain.
Derivat sisik yang dapat ditemui adalah modifikasi sisik placoid membentuk gigi Shark, kelenjar racun pada Dasyatidae. Selain itu terdapat juga bentukan barbells clan flaps selain organ cahaya.
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.
2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine.
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.
Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk sisik tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar