I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai adalah perairan mengalir secara terus-menerus pada arah tertentu, berasal dari tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut, sungai atau perairan terbuka yang luas. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 sampai 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase (Soemarwoto, 1980).
Sungai Citanduy berada di Propinsi Jawa Barat. Secara geografi terletak pada posisi 1080 04’ sampai dengan 1090 30’ BT dan 70 03’ sampai dengan 70 52’ LS. Sungai Citanduy memiliki panjang 170 km, lebar 20 m dan kedalaman 15 m. Hulu Sungai Citanduy terletak di Gunung Cakrabuana yang memiliki ketinggian 1721 m dan mengalir ke daerah hilir melalui kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar (Jawa Barat) serta bermuara di Segara Anakan Cilacap (Jawa Tengah). Aliran sungai Citanduy mempunyai luas 350.000 Ha, 57% dari luas tersebut merupakan lahan pertanian, sedangkan 33% berupa hutan dan perkebunan. Topografi dari wilayah sungai Citanduy yang merupakan daerah yang rata sekitar 30%, daerah bukit dan bergelombang sekitar 50% dan sisanya sekitar 20% mempunyai karakteristik berupa tebing atau lereng dengan tekstur tanah yang mudah tererosi (DPU, 2006).
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, ikan benter banyak ditemukan di Sungai Citanduy, namun dari tahun ke tahun pada akhirnya populasi ikan benter berkurang baik akibat over fishing atau karena penangkapan liar. Selain itu, penurunan kualitas perairan sebagai akibat dari faktor lingkungan seperti erosi tanah, pemukiman dan industri menyebabkan tekanan psikologis bagi ikan benter yang ada di perairan tersebut. Ikan benter (Puntius binotatus) merupakan ikan dari jenis familia Cyprinidae, ikan ini banyak ditemukan pada perairan yang mengalir yang tidak terlalu dalam dan hidupnya memerlukan kondisi kualitas air yang mendukung. Ikan benter bersifat benthopelagic yang hidup antara bagian tengah hingga dasar perairan dan memakan antara zooplankton, larva, serangga dan tumbuhan air, sehingga ikan ini tergolong omnivora (Sugita, 2005).
Usaha penangkapan ikan benter yang dilakukan masyarakat tanpa memperhatikan kelestariannya, bila dibiarkan maka kemungkinan besar populasi ikan tersebut akan menurun, dan bisa menyebabkan kepunahan. Oleh sebab itu diperlukan upaya perlindungan. Salah satu upaya perlindungan untuk mempertahankan keberadaan ikan benter di alam adalah dengan melakukan usaha konservasi. Usaha konservasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aspek biologi ikan, khususnya mengenai reproduksi ikan.
Informasi mengenai reproduksi ikan benter secara lengkap khususnya di Sungai Citanduy sampai saat ini belum ada. Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka perlu penelitian tentang aspek biologi reproduksi ikan benter yang tertangkap di Sungai Citanduy yang meliputi faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat perkembangan gonad, indeks gonado somatik, fekunditas, dan diameter telur guna mendukung usaha pelestarian yang berkesinambungan.
Kehidupan ikan di perairan tidak terlepas dari kualitas fisika dan kimia air pada habitat ikan tersebut (Odum, 1971). Oleh karena itu sebagai parameter pendukung dalam penelitian reproduksi ikan benter ini perlu dilakukan pengukuran faktor fisika dan kimia air di lokasi penelitian yang berhubungan dengan aktivitas reproduksi ikan.
1.2 Perumusan masalah
Salah satu upaya pelestarian untuk mempertahankan keberadaan ikan benter di perairan umum khususnya sungai Citanduy adalah dengan melakukan usaha konservasi. Usaha konservasi ikan benter belum dilakukan karena masih terbatasnya informasi Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah faktor kondisi dan rasio kelamin ikan benter yang tertangkap di Sungai Citanduy Jawa Barat?
2. Bagaimanakah tingkat perkembangan gonad, indeks gonado somatik, fekunditas dan diameter telur ikan benter yang tertangkap di Sungai Citanduy Jawa Barat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Aspek biologi reproduksi ikan Benter yang meliputi rasio kelamin, faktor kondisi, perkembangan gonad jantan dan betina, IGS, fekunditas, dan diameter telur ikan Benter yang tertangkap di sungai Citanduy.
1.4 Manfaat
Penelitian tentang ikan benter diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai aspek reproduksi ikan benter sehingga dapat bermanfaat dalam upaya pengembangan konservasi ikan benter di sekitar Sungai Citanduy Jawa Barat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Benter
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi
Ikan Benter diklasifikasikan menurut Saanin (1984) sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Familia : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius binotatus
Ikan Benter memiliki ciri-ciri bibir bawah tidak terpisah dari rahang bawah yang tidak berkulit tebal atau terpisah dari rahang bawah oleh turisan pada permukaan saja; hidung tidak berbintil-bintil keras. Tinggi batang ekor sama dengan panjangnya dan setengah sampai sepertiga kepala; kepala 3,3 sampai 4,5 kali lebar mata (Saanin, 1984). Ikan Benter mempunyai 2-4 sungut, gurat sisi sempurna, satu jari-jari sirip terakhir punggung mengeras dan bergerigi dibagian belakangnya; 4,5 sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung. Satu bintik bulat besar pada bagian anterior dari pangkal sirip punggung dan sebuah lagi di tengah batang ekor. Pada juvenil dan dewasa ada 2-4 titik-titik memanjang (Kottelat et al., 1993).
Ikan benter adalah salah satu ikan yang tersebar luas di sebelah barat garis wallacea, yang tergolong dalam ikan perairan tawar tropis yaitu danau dan sungai. Ikan ini mendominasi sungai-sungai kecil berbatu yang berarus deras di bagian hulu, pertengahan sampai hilir yang habitatnya pinggirannya yang merupakan sawah dan perkebunan (Hartoto dan Endang, 1996; Rachmatika, 2004). Menurut pendapat Kavanagh (2002), ikan benter dapat hidup pada ketinggian tempat kurang lebih 300 m. Ukuran kisaran panjang badan ikan benter kurang lebih 25 - 88,6 mm. Ikan benter hidup pada aliran sungai yang jernih dan deras, bersubsrat pasir dan lempung, disamping itu juga dapat hidup pada air yang sangat keruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar