BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perairan Danau dan aliran-aliran Sungai yang berarus deras disekitar Danau Kerinci serta di perbukitan yang sungainya jernih merupakan habitat alami ikan semah (Tor douronensis Blkr) yang berada di Kabupaten Kerinci. Ikan semah di Sungai-sungai disekitar Danau Kerinci menurut pengamatan di lapangan, populasinya sudah sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala semakin sukarnya ikan tersebut ditangkap, pola distribusinya yang mengelompok serta semakin kecilnya ikan yang ditangkap (Dede dkk, 1995).
Adapun penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat karena nilai ekonomi ikan semah tersebut tergolong tinggi. Ikan semah merupakan ikan konsumsi yang dagingnya tebal, rasanya enak, manis dan kaya akan minyak ikan,dan untuk kesehatan karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan kaya asam lemak omega-3 yang dapat mengurangi resiko serangan jantung (Haryono, 2006).
Pada saat ini permasalahan yang dihadapi adalah keberadaan jenis ikan semah sudah mulai terancam punah, karena penangkapan secara intensif berjalan terus. Meskipun dilaporkan masih adanya ikan semah tetapi karena intensitas penangkapan yang semakin tinggi menyebabkan populasi ikan ini terancam kelestariannya, sedangkan kegiatan budidaya untuk pembesaran dan pemijahan untuk menghasilkan larva ikan semah belum maksimal (Haryono dan Subagja, 2008).
Pada umumnya, stadium larva ikan merupakan masa yang sangat penting dan kritis karena pada stadium ini larva ikan sangat sensitif terhadap ketersedian pakan dan faktor lingkungan seperti serangan penyakit. Hal ini disebabkan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan sistem pencernaan yang belum sempurna, terutama sekali larva ikan belum mempunyai lambung dan aktifitas enzimnya belum optimal sehingga perlu di berikan pakanan alami yang mengandung enzim pencernaan yang dapat membantu proses pencernaan makanan pada larva (Muchlisin dkk, 2003).
Usaha domestifikasi dan pembenihan ikan semah telah dilakukan dan telah berhasil mendapatkan benih dalam jumlah yang mencukupi, tapi belum pernah dilakukan pemberian pakan yang sesuai dengan larva/benih agar kelangsungan hidup larva/benih ikan semah lebih optimal (Syandri dan Basri, 1999).
Keberhasilan memperoleh jumlah larva ikan semah yang mengcukupi tidak berguna, jika larva ikan semah yang dihasilkan tidak dapat dipeliharan dengan baik dan pemberian pakan yang tidak sesuai, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam pemberian pakan yang optimal dalam pemeliharaan larva ikan semah .Untuk mengetahui potensi ikan semah sudah seharusnya dilakukan penelitian yang meliputi pemeliharaan larva dan benih sehingga produksinya dapat ditingkatkan dan pertumbuhannya dapat dijadikan acuan dalam usaha budidaya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Semah (Tor douronensis Blkr).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah pakan alami berpengruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan semah (Tor douronensis Blkr) serta jenis pakan alami yang optimal untuk pertumbuhan larva ikan semah.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui
1. Pengaruh pakan alami terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan semah.
2. Jenis pakan alami yang optimal untuk pertumbuhan larva ikan semah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi kepada para pembenih ikan semah tentang jenis pakan yang optimal bagi pertumbuhan larva/benih ikan semah.
2. Sebagai penunjang praktikum perkembangan dan fisiologi hewan.
1.5 Hipotesis
Hipotesis (H₀) = Tidak ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan dn kelangsungan hidup Larva Ikan Semah (Tor douronensis Blkr)
Hipotesis (Hi) = Ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan semah (Tor douronensis Blkr)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Semah (Tor douronensis)
2.1.1 Klasifikasi Ikan Semah
Ikan semah (Tor douronensis) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Order : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Tor
Species : Tor douronensis Blkr
Gambar 2.1. Ikan Semah (Tor douronensis Blkr)
2.1.2 Morfologi
Ikan semah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kepala simetris, badan besisik, garis rusuk sempurna, terdiri dari 23 keping sisik yang terletak diatas sirip dada dan melewati pertengahan ekor, sirip punggung terdiri dari 1 jari-jari keras licin dan 8 jari-jari lemah bercabang, permukaan punggung bertepatan dengan permukaan sirip perut, sirip dubur dengan 5 jari-jari lemah bercabang dan lebih rendah dari sirip punggung, mata tidak berkelopak, mempunyai 4 helai sungut mengelilingi mulut, mulut agak dapat disembulkan terletak dibawah (Syandri dan Basri, 1999).
2.1.3 Habitat dan Perilaku Makan
Habitat asli ikan semah umumnya di Danau dan Sungai di daerah perbukitan dengan air yang jernih dan berarus kuat, ikan semah bersifat pemakan segalanya atau amnivora. Di habitat aslinya, ikan semah tersebut memakan tumbuhan dan hewan yang terdapat di substrat/kerikil, sedangkan pada kondisi ex-situ memakan cacing, pellet dan lain-lain yang diberikan oleh para pembenih (Haryono dan Subagja, 2008). Pola penyebaran ikan semah merupakan pola pensesuaian sesuai dengan tingkatan atau kelompok umur dalam perkembangan hidupnya, dari stadium larva sampai dewasa ( Dede dkk, 1993).
2.1.4 Reproduksi
Ikan semah termasuk biseksual, nisbah kelamin antara jantan dengan betina adalah 1 : 3. fekunditas berkisar anatara 5.870-28,499 butir dengan ukuran diameter telur 0.90-1.50 mm panjang gonads ikan semah dewasa berkisar antara 298-477 mm dengan bobot 137-272 gr. Ikan semah yang dipelihara secara terkontrol dan kerambah jaring apung dapat memanfaatkan pelet sebagai pakannya (Rizal, 2001).
Telur-telur diletakkan didaerah pinggiran lubuk yang kedalamannya kurang 0,5 m, berarus lambat (kurang dari 0,8 m/det), bersih dari kotoran dan lumut, bersih. Dasar terdiri dari pasir, kerikir sampai batuan (diameter 0,5 m) dan keadaan sidemen dan kualitas air yang berhubungan dengan banjir ( Dede dkk, 1993).
2.2 Pakan Ikan Semah
Di habitat aslinya, ikan semah memakan tumbuhan dan hewan yang terdapat di substrat/kerikil, sedangkan pada kondisi ex-situ memakan cacing, pellet dan lain-lain (Haryono, 2008) Semua jenis ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin dan mineral. Jumlah gizi yang diperlukan tergantung pada jenis, ukuran lingkungan hidup dan stadia reproduksi (Djajasewaka, 1985). Pakan berfungsi sebagai sumber energi antara lain digunakan untuk pertahanan hidup, pertumbuhan dan proses perkembangbiakan (reproduksi).
Benih ikan semah yang baru menetas belum memerlukan pakan dari luar selama 4-5 hari dikarenakan masih memiliki cadangan kuning telur. Pada hari ke 6 benih semah memerlukan pakan yang tepat yaitu pakan alami untuk membantu pertumbuhannya.
2.3 Perkembangan Larva
Larva ikan adalah anak ikan yang masih dalam proses peralihann untuk menjadi bentuk definitive. Larva ikan yang baru menetas berbeda dengan induknya. Perbedaan antara lain terletak belum adanya anus, mulut, usus yang belum sempurna, insang dan gelembung renang. Dengan demikian organ-organ larva yang baru menetas belum terbentuk atau belum berfungsi secara sempurna dan mengalami perubahan bentuk sampai tingkat juvenile. pakan pokok larva yang sesuai adalah:
a. Pakan harus kecil.
b. Sesuai dengan bukaan mulut post larva.
c. Pakan tersebut harus bergizi.
d. Berupa pakan yang bergerak.
e. Mudah didapat dalam jumlah yang besar
f. Mengadung protein yang tinggi..
Kelangsungan hidup ikan adalah persentase ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara setelah melewati masa pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan pada masa larva sangat ditentukan oleh tersediannya pakan dan daya tarik pakan juga berperan dalam kelulusan hidup larva ikan (Muchlisin dkk, 2003).
Larva ikan sangat menyukai makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, ukuran pakan yang lebih kecil dari bukaan mulut larva akan berpengaruh terhadap jumlah biomassa pakan yang dimakan, sehingga larva tidak kenyang jika dibandingkan dengan ukuran pakan yang sesuai dengan bukaan mulut larva dengan aktivitas makan yang sama (Inansetyo dan Kurniastuty, 1995).
2.4. Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan adalah perubahan bentuk ikan baik berat, panjang maupun volume yang disebabkan pertambahan waktu, ikan dapat tumbuh dengan baik jika jenis pakannya memiliki kandungan gizi lengkap, yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral dalam jumlah tertentu. Pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan setiap harinya.
Untuk tumbuh secara optimal larva ikan harus memakan pakan bergizi. (Djajasewaka, 1985) semua spesies ikan membutuhkan pakan yang terdiri dari protein dengan asam amino essensial, lemak sesnsial, karbohidrat, vitamin dan mineral. Banyaknya gizi yang dibutuhkan disamping tergantung pada spesies ikan, juga tergantung pada ukuran atau besarnya ikan serta lingkungan hidup ikan tersebut. Pakan merupakan sumber energi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Kandungan yang terpenting dalam pakan adalah protein. Jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan ikan. Protein yang dibutuhkan dalam pakan pakan pada setiap jenis ikan berkisar 20-60%.
Mudjiman (1984) protein yang berasal dari Kuning Telur merupakan protein hewani, protein ini mudah dicerna oleh hewan. Tujuan utama pemberian makanan pada ikan secara umum adalah untuk mencapai pertumbuhan individu atau populasi, oleh karena itu ikan yang berhasil mendapatkan makanan akan mengalami pertumbuhan dan setelah bertambah besar akan mengubah makanan baik dalam ukuran maupun kualitas yang akhirnya akan mengikuti kebiasaan seperti induknya. Pada awal larva mortalitas tinggi karena terjadi proses pembentukan saluran pencernaan, pembentukkan alat-alat pernafasan tambahan dan proses perubahan makan dari kuning telur yang terdapat dalam tubuhnya beralih pada pakan yang terdapat diluar tubuhnya. Mortalitas akan lebih tinggi lagi apabila makanan disekitarnya kurang memadai (Djajasewaka, 1985).
Jauhari (1990) protein adalah salah satu nutrisi yang penting karena sebagai pembentuk jaringan tubuh. Giri dalam (Priyambodo) Kandungan protein sangat berpengaruh terhadap perumbuhan larva ikan.
Pertumbuhan individu akan terjadi bila ada kelebihan energi dan asam amino yang berasal dari pakan setelah digunakan tubuh untuk metabolisme, darah, pergerakkan, perawatan bagi tubuh atau pengganti sel-sel yang telah rusak. Pakan yang diberikan pada ikan tidak boleh melebihi kebutuhan hidupnya. Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ikan secara umum berkisar antara 5 sampai dengan 6% dari berat tubuhnya perhari.
Pemberian pakan yang tepat dapat memacu pertumbuhan benih semah. Umumnya pakan alami yang mengandung kadar protein tinggi. Jenis pakan alami yang dapat diberikan pada benih semah antara lain:
1. Tubifex sp
Tubifex sp dikenal dengan nama cacing rambut atau cacing sutera merupakan jenis pakan alami yang disenangi oleh benih ikan. Cacing tubifex sp ini biasanya hidup di saluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan makanannya. Komposisi zat gizi yang terdapat pada Tubifex yaitu protein 57%, lemak 13, 3% serat kasar 2,04% kadar air 87,19% dan kadar abu 3,6%. Tubuh cacing tubifek berukuran 5-15 mm, segmen-segmen tidak tampak (Priyambodo, 2000).
2. Artemia salina
Artemia mempunyai karapas yang tipis (1 mikron), lambat dalam berenang, biasa digunakan dalam perangsang selera, tinggi kandungan protein dan asam aminonya serta mengandung asam lemak esensial Kandungan gizi yang terdapat pada Artemia yaitu : protein 46%, lemak 1-20% serat kasar 1-20% kadar air 1-20% dan kadar abu 1-20% (Jusadi, 2003).
3. Kuning Telur
Menurut Isnanstyo dan Kuniastuty, 1995) kandungan protein yang dimiliki oleh kuning telur ayam ras 12%.
4. Dapnia
Daphnia merupakan pakan alami hidup yang merupakan pakan alami jenis zooplankton. Daphnia mampu hidup dalam air yang kandungan oksigennya sangat rendah. Pakannya terdiri dari bakteri, tumbuh-tumbuhan renik dan detritus (bahan organik yang sedang membusuk) (Inansetyo dan Kurniastuty, 1995). Adapun kandungan gizi yang terdapat dalam tubuh dapnia adalah kadar protein 40%, kadar lemak 8,00%, kadar serat kasar 2,58% dan kadar abu 4,00% (Priyambodo, 2000).
2.5 Kelangsungan Hidup
Berdasarkan penelitian Irmawan (1987), diperoleh informasi bahwa pada waktu larva berumur tiga hari banyak terjadi kematian, sehingga terjadi penurunan kelangsungan hidup biasa mencapai kira-kira 30% saja pada suhu 27oC. Setelah larva berumur tujuh hari, maka pertumbuhannya dapat ditingkatkan sampai umur empat belas hari.
Menurut Effendi (2004), kelangsungan hidup ikan adalah persentase ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara setelah melewati masa pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan pada saat post larva sangat ditentukan oleh tersedianya makanan. Makanan yang diberikan akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dalam pertumbuhan ikan. Ikan akan mengalami kematian apabila dalam waktu yang singkat tidak berhasil mendapatkan makanan, akibatnya akan terjadi kehabisan tenaga.
2.6 Kualitas Air
Air merupakan faktor yang sangat penting dan mempengaruhi kehidupan ikan maupun organisme lainnya. Parameter kualitas air yang umum berpangaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah suhu, oksigen terlarut, karbon dioksida, pH dan amoniak (Arlia, 1994).
Air sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan dari organisme tersebut. Sebagai salah satu faktor penting dalam operasional pemeliharaan larva, kualitas air perlu dijaga dalam kondisi prima, baik dalam aspek fisika, kimia dan biologi. Beberapa yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan adalah suhu, oksigen terlarut, karbondioksida, pH dan amoniak (NH3).
Oksigen terlarut dalam air dibutuhkan sekali untuk berbagai proses dalam pertumbuhan ikan secara normal. Karena itu oksigen merupakan parameter kualitas air yang paling kritis dalam budidaya ikan. Jika kandungan oksigen kurang dari 2 ppm dalam waktu lebih dari 8 jam setiap harinya ini berbahaya bagi ikan akibatnya ikan bisa mati dalam keadan kekurangan oksigen (Boyd, 1996).
Suhu air berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi untuk ikan dan ini mempengaruhi terhadap kegiatan metabolisme ikan, peningkatan suhu air akan diiringi oleh peningkatan laju metabolisme yang disebabkan karena meningkatnya konsumsi pakan sehingga akan meningkatkan pertumbuhannya. Namun demikian setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya, dan kemampuan untuk memyesuaikan diri sampai titik tertent.
Amoniak yang terdapat dikolam dan perairan lainya merupakan produk hasil metabolisme ikan dan senyawa organisme lainnya yang dirombak oleh bakteri yang ada diair (Boyd, 1996). Konsentrasi amoniak diperairan akan mengurai daya ikat haemoglobin terhadap oksigen yang akhirnya menyebabkan kematian pada ikan. Didaerah tropis disarankan kandungan amoniak yang baik untuk kelangsungan hidup ikan tidak melebihi 1 ppm (Djajasewaka, 1985).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian experimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian jenis pakan alami yaitu Artemia, kuning telur, Tubifex dan Daphnia.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium ukuran 15 x 30 x 15 cm sebanyak 16 buah, Timbangan elektrik, alat tulis , penggaris digunakan, dan Alat ukur kualitas air.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan semah umur 1 minggu dengan panjang rata-rata 8 mm dan berat tubuh rata-rata 0,04 gram. Pakan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Artemia, Kuning Telur (control), cacing Tubifex dan Daphnia.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Persiapan penelitian
Kegiatan awal yang dilakukan adalah menyiapkan media penelitian yaitu akuarium sebanyak 16 buah dengan ukuran 15 cm x 30 cm x 15 cm. Akuarium tersebut dibersihkan, kemudian akuarium diisi air bersih, pada masing-masing akuarium diberikan aerasi sebagai suplai oksigen. Selanjutnya ke dalam masing-masing akuarium dimasukkan ikan uji dengan kepadatan 25 ekor/akuarium.
3.3.2 Penelitian
Selama waktu penelitian pada masing-masing ikan uji diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 17.00 dan 21.00 WIB dimana pemberian pakan secara ad libitum (pemberian pakan sampai kenyang) Adapun indikator kenyang pada larva ikan adalah larva ikan tidak merespon lagi pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan berupa pakan alami yaitu Kuning Telur (Kontrol) Tubifex sp, Artemia, dan Daphnia diberikan sedikit demisedikit sampai ikan teresebut tidak mau makan lagi.
Pembersihan akuarium dengan menggunakan selang kecil dilakukan setiap pagi dan sore hari untuk membuang sisa-sisa pakan dan kotoran yang terdapat dalam akuarium. Penelitian dilakukan selama 30 hari.
3.3.3 Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan berat, pertambahan panjang dan kelangsungan hidup ikan semah. Untuk pengamatan terhadap pertambahan berat dengan cara melakukan penimbangan ikan uji pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan timbangan elektrik setiap 10 hari yang dilakukan pada awal penelitian, hari ke-10, ke 20 dan hari ke-30 atau akhir penelitian. Sedangkan pengukuran pertumbuhan panjang diukur mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor dengan menggunakan penggaris dengan ketelitiannya 1 mm.
Untuk pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap hari selama penelitian dan hasilnya dirata-rata pada akhir penelitian, disamping itu juga dilakukan pengamatan terhadap kualitas air yang dilakukan 2 kali selama penelitian yaitu pada awal dan akhir penelitian juga dirata-rata pada akhir penelitian.
Tabel 3.1 Tabel data pengamatan untuk setiap parameter yang akan diamati.
NO Paremeter Deskripsi
1. Berat Pegukuran berat yang dilakukan adalah pada awal penelitian, pada hari ke-10, pada hari ke-20 dan pada akhir penelitian yaitu pada hari ke-30. Adapun alat yang digunakan adalah timbangan elektrik.
2. Panjang Pengukuran panjang tubuh larva yang akan diukur adalah panjang secara keseluruhan atau panjang total yaitu dari ujung mulut sampai ujung ekor menggunakan penggaris.
3. Hidup Pengamatan kelangsungan hidup larva ikan dilakukan setiap hari untuk melihat jumlah larva ikan semah yang hidup selama penelitian dan dirata-ratakan pada akhir penelitian.
3.4 Data yang Diamati
1. Pertumbuhan Berat Mutlak sesuai dengan rumus yang dikemukan oleh Effendi(2004):
Wm = Wt – Wo
Keterangan rumus :
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (gr)
Wt : Berat akhir larva ikan (gr)
Wo : Berat awal larva ikan (gr)
2. Pertumbuhan Panjang Mutlak sesuai dengan rumus yang dikemukan oleh Effendi (2004) :
Lm = Lt – Lo
Keterangan rumus :
Lm : Pertumbuhan Panjang mutlak (cm)
Lt : Panjang akhir larva ikan (cm)
Lo : Panjang awal larva ikan (cm)
3. Tingkat kelangsungan hidup sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Effendi (2004) :
SR = Nt x 100%
No
Keterangan rumus :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah total ikan hidup sampai akhir penelitian
No : Jumlah total ikan pada awal penelitian
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam jika berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncans pada tingkat kepercayaan 95% (α =0,05).
3.6. Waktu dan Tempat
Penelitian selama dua bulan, dari tanggal 26 Agustus sampai 26 Oktober 2010, dan tempat penelitian dilaksanakan di Balai Benih Ikan Sentral Kerinci Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan Berat Mutlak
Data hasil pengamatan berat mutlak larva ikan semah dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gram) larva ikan semah selama penelitian.
Perlakuan Rata-rata berat awal (Gram) Rata-rata berat akhir (Gram) Rata-rata berat mutlak (Gram)
Tubifek 0.04 0.635a 0.595a
Artemia 0.04 0.550b 0.510b
Daphnia 0.04 0.507c 0. 477 b
Kontrol 0.04 0.425d 0. 385 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf nyata 5% dan yang angaka di ikuti oleh hurup yang berbeda menunjukkan berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 4.1, bahwa hasil dari analisis sidik ragam pada taraf 5% untuk rata-rata berat awal tidak berbeda nyata dan sedangkan pada berat akhir antara perlakuan dan kontrol berbeda nyata, serta pada berat mutlak antara kontrol dan perlakuan juga menunjukan berbeda nyata. Rata-rata berat mutlak larva ikan semah selama penelitian menunjukan kontrol dengan perlakuan pemberian pakan alami Cacing Tubifex, Artemia dan Daphnia berbeda nyata.
Dari data terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan semah selama penelitian yang teringgi adalah perlakuan C (Pemberian pakan Tubifex) yaitu 0.595 gram diikuti perlakuan B (Pemberian pakan Artemia) yaitu 0.510 gram diikuti perlakuan D (Pemberian pakan Daphnia) yaitu 0.477 gram sedangkan yang terendah pada perlakuan A (Kontrol) Yaitu 0.385 gram.
Untuk lebih jelasnya, perbedaan rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan semah setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Berat Larva Ikan Semah setiap 10 hari selama penelitian
( A : Kontrol , B : Artemia , C : Tubifex dan D : Daphnia).
Berdasarkan Grafik 4.1, pemberian pakan alami selama penelitian berpengeruh terhadap pertambahan berat larva ikan semah. Rata-rata pertambahan berat larva ikan semah paling tinggi adalah perlakuan C (pemberian pakan alami cacing Tubifex) yakni 0.635 gram, selanjutnya diikuti perlakuan B (pemberian pakan alami Artemia) yakni 0.55 gram, seterusnya dikuti perlakuan D dan kontrol yakni pemberian pakan alami Daphnia 0.517 gram dan kontrol 0.425 gram.
4.1.2 Pertumbuhan panjang Mutlak
Data hasil pengamatan panjang mutlak larva ikan semah dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) larva ikan semah selama penelitian.
Perlakuan Rata-rata Panjang awal (Cm) Rata-rata Panjang akhir (Cm) Rata-rata Panjang mutlak (Cm)
Tubifex 0.8a 2.410a 1.600a
Artemia 0.8a 1.925b 1.125b
Daphnia 0.8a 1.875b 1.075c
Kontrol 0.8a 1.725c 0.925d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf nyata 5% dan yang angaka di ikuti oleh hurup yang berbeda menunjukkan berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 4.2. bahwa hasil dari analisis sidik ragam pada taraf 5% untuk rata-rata berat awal tidak berbeda nyata dan sedangkan pada panjang akhir antara perlakuan dan kontrol berbeda nyata. Serta pada panjang mutlak antara kontrol dan perlakuan juga menunjukan berbeda nyata. Rata-rata panjang mutlak larva ikan semah selama penelitian menunjukan kontrol dengan perlakuan pemberian pakan alami Cacing Tubifex, Artemia dan Daphnia berbeda nyata.
Dari data terlihat bahwa rata-rata perumbuhan Panjang mutlak larva ikan semah selama penelitian yang teringgi adalah perlakuan C (Pemberian pakan Tubifex) yaitu 1.600 cm diikuti perlakuan B (Pemberian pakan Artemia) yaitu 1.125 cm diikuti perlakuan D (Pemberian pakan Daphnia) yaitu 1.075 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan A (Kontrol) Yaitu 0.925 cm.
Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata pertumbuhan panjang mutlak larva ikan semah setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata panjang larva ikan semah setiap 10 hari selama penelitian
( A : Kontrol, B : Artemia, C : Tubifex dan D : Daphnia).
Berdasarkan Grafik 4.2, pemberian pakan alami selama penelitian berpengeruh terhadap pertambahan panjang larva ikan semah. Rata-rata pertambahan panjang larva ikan semah paling tinggi adalah perlakuan C (pemberian pakan alami cacing Tubifex) yakni 2.4 cm, selanjutnya diikuti perlakuan B (pemberian pakan alami Artemia) yakni 1.9 cm, seterusnya dikuti perlakuan D dan kontrol yakni pemberian pakan alami Daphnia 1.8 cm dan kontrol 1.7 cm.
4.1.3 Tingkat kelangsungan hidup.
Data hasil pengamatan kelangsunagn hidup larva ikan semah dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (%) larva ikan semah selama penelitian
Perlakuan Tingkat kelangsungan hidup
Kuning Telur
Artemia
Tubifex
Daphnia 92%
92%
91%
90%
Berdasarkan Tabel 4.3, bahwa hasil dari analisis sidik ragam pada taraf 5% untuk rata-rata kelangsungan hidup larva ikan semah selama penelitian tidak berbeda nyata.
Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata Tingkat kelangsungan hidup larva ikan semah selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 Diagram kelangsungan hidup larva ikan semah selama
penelitian
Dari Diagram 4.2, dapat dilihat persentase dari kelangsungan hidup larva ikan semah selama penelitian. Berdasarkan diagram tersebut, rata-rata persentasi dari kelangsngan hidup larva ikan semah tidak berbeda nyata antara kontrol dengan perlakuan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan Berat Mutlak
Dalam penelitian ini, berat merupakan salah satu parameter pengamatan. Berdasarkan Tabel 4.1, bahwa pakan yang paling baik adalah pada perlakuan C (pemberian pakan alami cacing tubifex) hal ini dikarenakan cacing Tubifek mengadung protein yang sangat tinggi yakni 57% yang digunakan larva ikan untuk pertumbuhannya. Menurut Jauhari (1990) protein adalah salah satu nutrisi yang penting karena sebagai pembentuk jaringan tubuh. Giri dalam (Akhmad, 2000) menambahkan, kandungan protein sangat berpengaruh terhadap perumbuhan larva ikan.
Selain faktor protein, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan larva. makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan larva. sedang kuning telur merupakan pakan yang tidak aktif bergerak sehingga diduga hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan pada perlakuan A (pemberian pakan kuning telur sebagai kontrol) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, begitu juga dengan perlakuan B (pemberian pakan Artemia) dan perlakuan D (Pemberian pakan alami Daphnia) yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan berat yang rendah dibandingkan dengan perlakuan C (Pemberian pakan cacing Tubifex). Perlakuan A (kontol) memberikan pengaruh pertumbuhan berat yang paling rendah. Hal ini disebabkan Kuning telur memiliki kandungan protein sekitar 12% sehingga tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan berat dan panjang larva ikan semah.
4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pada penelitian ini, panjang juga merupakan parameter pengamatan. pada Tabel 4.2, menunjukan bahwa pertumbuhan panjang mutlak, terjadi perbedaan pertumbuhan ikan uji. Pertumbuhan panjang mutlak dipengaruhi oleh pemberian pakan alami yang berbeda pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan C (Pemberian pakan Tubifex) memiliki pertumbuhan panjang mutlak yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain dikarenakan kandungan protein yang dalam tubuh Tubifex tinggi yakni 57%. Pakan yang diberikan selain untuk pertambahan berat juga kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan panjang. Djajasewaka (1985) ikan membutuhkan pakan untuk perumbuhan berat kelebihan dari pakan tersebut digunakan ikan untuk pertumbuhan panjangnya.
Dari segi kebiasaan makannya ikan semah tergolong omnivora dengan kecenderuang lebih menyukai makanan yang mengandung protein hewani (Suyanto, 1998). selain faktor protein makanan yang dimakan, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan larva ikan. Bila makanan yang diberikan mengandung protein rendah, maka pertumbuhannya lambat (Rachmatun, 2005).
4.2.3 Kelangsungan hidup
Pada Tabel 4.3, bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan semah selama penelitian pada semua perlakuan cukup tinggi antara 90 – 92%. Persentase tingkat kelangsungan hidup yang paling tinggi terdapat pada perlakuan B (Pemberian pakan Artemia) dan perlakuan A (Pemberian pakan Kuning Telur sebagaia kontrol) 92%, perlakuan D (Pemberian pakan Daphnia) yaitu 91% serta yang paling rendah pada perlakuan C (Pemberian pakan Tubifex sp) yaitu 90%.
Setelah dilakukan Analisis menunjukkan pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap larva ikan semah memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, maka tidak dilakukan uji lanjut atau uji duncans.
Rendahnya kelangsungan hidup pada perlakuan C (Pemberian pakan Tubifex ) dibandingkan dengan perlakuan yang lain diduga disebabkan oleh tingginya kadar amoniak pada perlakuan C yang diberi pakan Tubifex, dimana sebagai data penunjang dalam penelitian ini maka dilakukan pengujian kualitas air media pemeliharaan ikan uji. Air sebagai lingkungan tempat organism hidup tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap larva ikan semah antara lain suhu, oksigen terlarut, pH dan Amoniak.
Suhu air selama penelitian berkiar antara 27-28 0C ini merupakan kisaran yang cukup baik untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis. Hal ini didukung oleh pendapat Cholik (1986) bahwa ikan-ikan tropis dapat tumbuh dan berkembang baik pada kisaran suhu antara 25-300C dengan fluktuasi tidak lebih dari 40C. Menurut Djangkaru (1974), suhu yang optimal untuk selera makan ikan yaitu 26 -280C dengan perbedaan suhu, siang dan malam tidak lebih dari 5 C, sedangkan suhu yang layak untuk budidaya ikan didaerah tropis berkisar antara 25-300 C.
Kadar oksigen terlarut selama penelitian berkisar antara 2.2-2.67 ppm. Oksigen terlarut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, nafsu makan, sebaiknya kadar oksigen minimum adalah 2 ppm (Boyd, 1996). Setelah diukur kadar oksigen terlarut selama peneltian masih dalam tahap yang baik.
Tingkat keasaman air (pH) media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 7.2 berarti cukup baik untuk kehidupan ikan. Lingga (1985) menyatakan bahwa pH air yang ideal untuk pemeliharaan ikan berkisar antara 7.0-8,5.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pemberian pakan alami yang berbeda terhadap larva ikan semah memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak dan terhadap pertumbuhan panjang mutlak.
2. Pakan yang optimal pada penelitian ini adalah pakan alami cacing Tubifex karena menunjukkan pertumbuhan berat mutlak dan panjang mutlak yang tertinggi.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini pakan yang optimal adalah Tubifex, oleh sebab itu dalam pemeliharaan larva ikan semah disarankan kepada masyarakat, khususnya kepada pengelola BBI Sentral Kerinci memberikan pakan alami Tubifex karena dapat menunjang pertumbuhan larva ikan semah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. G. A dan Wiwin. A. 2008. Aplikasi kombinasi beberapa pakan dalam pemeliharaan larva ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola). Jurnal Bul. Tek. Lit. Gondol. 7(1) : 21-26
Arlia. 1994. Penggunaan Vitamin E Pada Pakan Untuk Kematangan Ikan Kapiek (Puntius Schwanefeldi Blkr). Lembaga Penelitian Universitas Riau
Boyd. 1996. Water Quality in Warmwater Fish Pons, Department of Fisheries and Allied Aquaculture Auburn University. New York.
Cholik. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta
Dede, I.R, Ben. B.A.M, Suarman, Budi, H, Sulastri dan Fahmijany, S. 1993. Konsep Pemulihan Populasi Ikan Semah (Tor douronensis) Secara Ekologis dan Berwawasan Bisnis di Perairan Darat Propinsi Jambi. Proyek Penelitia dan Pengembangan Sumber Daya Perairan Tawar. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi.
Dede, I.R, Komar, S dan Awalina. 1995. Uji coba limnoteknlogi pemulihan populasi ikan semah (Tor douronensis) di batang merangin, kabupaten kerinci, propinsi jambi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Forum Organisasi Profesi Ilmiah. Serpong.
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. Penerbit C.V Yasaguna, Jakarta.
Effendi, M.I. 2004. Metode biologi perikanan. Penerbit Dwi Sri, Bogor.
Gruz, E. M dan I. L. Laudencia. 1976. Prelimenary Study on Protein Requitmen of Clarias battachus. Fisheries Research Journal 1 (2) : 43-45.
Haryono. 2006. Aspek Biologi Tambra (Tor tomroides Blkr) yang Eksotik dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi. Jurnal Biodiversitas, Cibinong-Bogor. 7(2) : 195-198
Haryono dan Subagja, J. 2008. Populiasi dan Habitat Ikan Tambra, Tor tomroides (Bleeker,1854) di Perairan Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. Jurnal Biodeversitas. Bogor 16122. 9(4) : 306-309
Inansetyo dan Kurniastuty, 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton (Pakan Alami Untuk Organisme Laut ). Kanisius. Yogyakarta.
Irmawan, 1987. Tingkat Kematangan Gonad Beberapa Ikan Pelagis Kecil Dari Laut Jawa. Jur pen Perikanan Laut. (92) : 1-8
Jauhari, R.Z. 1990. Kebutuhan Protein dan Asam Amino Pada Ikan Teleostei. Fakultas Periknan. Universitas Brawijaya. Malang.
Jusadi, D. 2003. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar Budidaya Pakan Alami Penetasan Artemia.
Rachmatun. 2005. Pengaruh dosis pakan terhadap pertumbuhan juvenil kakap merah, L argentimaculatus. Jurnal Perikanan budidaya berkelanjutan. 9(4) : 21-26
Muchlisin, Z.A, A. Damheori, R. Fauziah, Muhammadar dan M. Musman. 2003. Jurnal Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Mudjiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
Priyambodo. K dan Wahyuningsih. T. 2000. Budi Daya Pakan Alami Untuk Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rizal, M. 2001. Penambahan Vitamin E Dalam Pakan Buatan untuk Mempercepat Waktu Pematangan Gonad dan Nilai IOS Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi, Fow). Skripsi Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta Padang.
Suyanto, S.R. 1998. Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syandri, H dan Basri, Y. 1999. Penangkaran Ikan Garing (Tor douronensis) dengan System Jaring Apung di Danau Singkarak. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Bung Hatta. Padang.
Lampiran 1. Kondisi Penempatan Akuarium Selama Penelitian.
Keterangan :
A : Perlakuan pemberian pakan alami Artemia
B : Perlakuan Pemberian pakan alami Kuning Telur
C : Perlakuan Pemberian pakan alami Tubifex
D : Perlakuan Pemberian Pakan alami Daphnia
Posisi akuarium pada penelitian
Lampiran 2. Gambaran cara pembersihan akuarium dan cara memberi makan larva ikan semah selam penelitian.
Cara pembersihan akuarium
Cara memberi makan larva ikan semah
Lampiran 3. Macam-macam pakan alami yang diberikan
Kuning Telur Tubifex
Daphnia Artemia
Lampiran 4. Cara penimbangan dan cara pengukuran panjang tubuh larva ikan.
Lampiran 5. Rata-rata pertumbuhan Berat mutlak (Gram) Larva Ikan Semah selama penelitian
Perlakuan Ulangan Pengukuran
Lt Lo Lm
A 1
2
3
4 0.04
0.04
0.04
0.04 0.44
0.43
0.41
0.42 0.40
0.39
0.37
0.38
B 1
2
3
4 0.04
0.04
0.04
0.04 0.55
0.45
0.56
0.55 0.51
0.50
0.52
0.51
C 1
2
3
4 0.04
0.04
0.04
0.04 0.64
0.63
0.65
0.62 0.60
0.59
0.61
0.58
D 1
2
3
4 0.04
0.04
0.04
0.04 0.50
.052
0,53
0.52 0.46
0.48
0.49
0.48
Lampiran 6. Analisis statistik berat akhir dan berat mutlak larva ikan
Tabel hasil pengamtan pertumbuhan berat mutlak larva ikan semah.
Ulangan Perlakuan Total
Kontrol artemia Tubifex Daphnia
1
2
3
4 0.40
0.39
0.37
0.38 0.51
0.50
0.52
0.51 0.60
0.59
0.61
0.58 0.46
0.48
0.49
0.48
Jumlah 1.54 2.04 2.38 1.91 7.87
Rata-rata 0.385 0.510 0.595 0.477
db T = 16 -1 = 15
db P = 4 – 1 = 3
db G = 15 – 3 = 12
FK = (7.87)2
16
= 3.8710
JKT = (0.40)2 + (0. 39)2 ………………………+ (0.48)2 - 3.8710
= 3.9748 - 3.8710
= 0.1038
JKP = (1,54)2 + (2.04)2 + (2.38)2 + (1.91)2 - 3.8710
4
= 3.9748 – 3.8710
= 0.0965
JKG = JKT - JKP
= 0.1038 - 0.0965
= 0.0073
KTP = JKP
t - 1
= 0.0904 = 0.032
3
KTG = JKP
dbP
= 0.032 = 0.0006
12
F hit = KTP
KTG
= 0.032
0.0006
= 53.33*
Analisis sidik ragam berat mutlak larva ikan semah
Sumber
Keragaman Db JK KT F hitung F tabel 5%
Perlakuan
Galat 3
12 0.0965
0.0073 0.032
0.0006 53.33* 3.49
Total 15 0.1038
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
Uji lanjut DMRT taraf 5%
Sy = √KTG V = 12
4
Sy = √0.0006 = 0.012
4
Perlakuan Rata-rata 2 3 4 Notasi
Tubifex 0.595 0.085* 0.188* 0.21* a
Daphnia 0.51 0.033ns 0.125* ab
Artemia 0.477 0.092* b
Kontrol 0.385 c
SSR 5% 3.08 3.23 3.33
LSR 5% 0.036 0.038 0.039
Lampiran 7. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) Larva Ikan Semah selama penelitian
Perlakuan Ulangan Pengukuran
Lt Lo Lm
Kontrol 1
2
3
4 0.8
0.8
0.8
0.8
1.7
1.8
1.8
1.6 0.9
1.0
1.0
0.8
artemia 1
2
3
4 0.8
0.8
0.8
0.8 1.9
2.1
1.8
1.9 1.1
1.3
1.0
1.1
Tubifex 1
2
3
4 0.8
0.8
0.8
0.8 2.3
2.5
2.4
2.4 1.5
1.7
1.0
0.8
Daphnia 1
2
3
4 0.8
0.8
0.8
0.8 1.9
1.8
2.1
1.7 1.1
1.0
1.3
0.9
Lampiran 9. Analisis statistik berat mutlak larva ikan semah selam penelitian
Tabel hasil pengamatan pertumbuhan berat akhir larva ikan semah
Ulangan Perlakuan total
Kontrol Artemia Tubifex daphnia
1
2
3
4 0.44
0.43
0.41
0.42 0.55
0.54
0.56
0.55 0.67
0.63
0.62
0.65 0.50
0.52
0.53
0.52
jumlah 1.7 2.2 2.57 2.07 8.54
Rata-rata 0.423 0.550 0.642 0.517
db T = 16 -1 = 15
db P = 4 – 1 = 3
db G = 15 – 3 = 12
FK = (8.54)2
16
= 4.558
JKT = (0.44)2 + (0.43)2 +………………………+ (0.52)2 - 4.558
= 4.657 – 4.558
= 0.099
JKP = (1.7)2 + (2.2)2 + (2.57) + (4.3)2 - 4.558
4
= 18.62 – 4.558
4
= 0.097
JKG = JKT - JKP
= 0.099 – 0.097
= 0.002
KTP = JKP
t - 1
= 0.097
3
= 0.032
KTG = JKG
dbG
= 0.002 = 0.0002
12
F hit = KTP = 0.032
KTG 0.0002
= 160
Sumber keragaman Db JK KT F Hit F Tabel
5 %
Perlakuan
Galat 3
12 0.097
0.002 0.032
0.0002 160* 3.49
Total 15 0.099
Uji lanjut DMRT pada taraf 5% percobaan berat akhir larva ikan semah
Sy : 0.007 V : 12
Perlakuan Rata-rata 2 3 4 Notasi
Tubifex
Artemia
Daphnia
Kontrol 0.642
0.55
0.517
0.425 0.092*
0.033*
0.092* 0.125*
0.125* 0.219* a
b
c
d
SSR 5% 3.08 3.23 3.33
LSR 5% 0.021 0.022 0.023
Lampiran 8. Analisis statistik panjang akhir dan panjang mutlak larva ikan semah
Tabel hasil pengamatan pertumbuhan panjang mutlak larva ikan semah.
Ulangan Perlakuan Total
Kontrol Artemia Tubifex daphnia
1
2
3
4 1.7
1.8
1.8
1.6 1.9
2.1
1.8
1.9 2.3
2.5
2.4
2.4 1.9
1.8
2.1
1.7
Jumlah 6.9 7.7 9.6 7.5 31.7
Rata-rata 1.725 1.925 2.4 1.875
db T = 16 -1 = 15
db P = 4 – 1 = 3
db G = 15 – 3 = 12
FK = (31,7)2
16
= 1004.7 = 62.81
16
JKT = (1.7)2 + (1.8)2 ………………………+ (1.7)2 - 62.81
= 64.01 - 62.81
= 1.2
JKP = (6.9)2 + (7.7)2 + (9.6)2 + (7.5)2 - 62.81
4
= 47.61 + 59.29 + 92.16 + 56.25 – 62.81
4
= 63.83 – 62.81
= 1.02
JKG = JKT - JKP
= 1.2 - 1.02
= 0.18
KTP = JKP
t - 1
= 1.02
3
= 0.34
KTG = JKG
dbG
= 0.18
12
= 0.015
F hit = KTP = 0.34
KTG 0.015
= 22.67
Analisis sidik ragam panjang akhir larva ikan semah
Sumber keragaman Db JK KT Fhitung Ftabel 5%
Perlakuan
Galat 3
12 1.02
0.18 0.35
0.015 22.67* 3.49
Total 15 1.2
Keterangan * : berbeda nyata pada taraf 5%
Uji lanjut DMRT 5%
Sy = 0.061 V = 12
Perlakuan Rata-rata 2 3 4 Notasi
Tubifex
Artemia
Daphnia
Kontrol 2.4
1.925
1.875
1.725 0.475*
0.05ns
0.15ns 0.525*
0.2* 0.675* a
b
b
c
SSR 5% 3.08 3.23 3.33
LSR 5% 0.187 0.197 0.203
Tabel hasil pengamatan pertumbuhan Panjang mutlak larva ikan semah.
Ulangan Perlakuan Total
Kontrol artemia Tubifex Daphnia
1
2
3
4 0.9
1.0
1.0
0.8 1.1
1.3
1.0
1.1 1.5
1.7
1.6
1.6 1.1
1.0
1.3
0.9
Jumlah 3.7 4.5 6.4 4.3 18.9
Rata-rata 1.125 0.925 1.6 1.075
db T = 16 -1 = 15
db P = 4 – 1 = 3
db G = 15 – 3 = 12
FK = (18.9)2
16
= 22.3256
JKT = (0.9)2 + (1.0)2 ………………………+ (0.9)2 - 22.3256
= 23.53 - 22.3256
= 1.2044
JKP = (4.5)2 + ……………………+ (4.3)2 - 22.3256
4
= 23.3475 – 22.3256 = 1.0219
JKG = JKT - JKP
= 1.2044 - 1.0219
= 0.6825
KTP = JKP
t - 1
= 1.0219 = 0.3406
3
KTG = JKG
dbG
= 0.6825
12
= 0.057
F hit = KTP = 0.3406
KTG 0.057
= 5.97*
TABEL ANAVA
Sumber
Keragaman Db JK KT F Hit F Tabel
5%
Perlakuan
Sisa 3
12 1.0219
0.6825 0.3406
0.057 5.97* 3.49
Total 15 1.2044
Keterangan :
* = Berbeda nyata.
Uji lanjut DMRT taraf 5% percobaan Panjang Mutlak Larva Ikan Semah
Sy = √KT(G) V = 12
4
Sy = √0.0802 = 0.1415
4
Tabel Selisih nilai tengah antar perlakuan
Perlakuan Rata-rata 2 3 4 Notasi
Tubifek 1.6 0.475* 0.525* 0.675* a
Artemia 1.125 0.05* 0.2* b
Daphnia 1.075 0.15* c
Kontrol 0.925 d
SSR 5% 3.08 3.23 3.33
LSR 5% 0.043 0.045 0.046
Keterangan = * Berbeda nyata
Lampiran 9. Data pengamatan kelangsungan hidup Larva ikan semah awal dan akhir penelitian
Tabel kelangsungan hidup awal penelitian
Ulangan Perlakuan Total
A B C D
1
2
3
4 25
25
25
25 25
25
25
25 25
25
25
25 25
25
25
25
Jumlah 100 100 100 100 400
Rata-rata 25 25 25 25 100
Tabel Kelangsungan hidup pada akhir penelitian
Ulangan Perlakuan Total
A B C D
1
2
3
4 24
21
22
25 22
24
23
23 22
23
22
22 23
22
24
22
Jumlah 92 92 89 91 364
Rata-rata 23 23 22.25 22.75 91
Perlakuan A (Kontrol) = 23 x 100 = 92 %
25
Perlakuan B (Artemia) = 23 x 100 = 92 %
25
Perlakuan C (Tubifex) = 22.50 x 100 = 90 %
25
Perlakuan D (Daphnia) = 22.75 x 100 = 91 %
25
db T = 16 -1 = 15
db P = 4 – 1 = 3
db G = 15 – 3 = 12
FK = (364)2
16
= 8281
JKT = (24)2 + (21)2 ………………………+ (22)2 - 8281
= 8298 - 8281
= 17
JKP = (92)2 + ……………………+ (91)2 - 8281
4
= 8282.5 – 8281 = 1.5
JKG = JKT - JKP
= 17 - 1.5
= 15.5
KTP = JK(P)
Db(P)
= 1.5 = 0.5
3
KTG = JKG
dbG
= 15.5
12
= 1.29
F hit = KTP = 0.5
KTG 1.29
= 0.38ns
Sumber keragaman Db Jk Kt Fhit F tabel
5%
Perlakuan
galat 3
12 1.5
15.5 0.5
1.29 0.38ns 3.49
total 15 17
Keterangan ns : tidak berbeada nyata
Lampiran 10. Data Pengukuran kualitas air pada awal dan akhir penelitian
1. Pengukuran Pada Awal Penelitian
No. Parameter Satuan Hasil Pengukuran Sampel
A B C D
1 Oksigen (O2) Mg/l 2.67 2.67 2.67 2.67
2 NH3 Mg/l 0.12 0.12 0.12 0.12
3 Suhu 0C 270C 270C 270C 270C
5 pH ppm 7.5 7.5 7.5 7.5
2. Pengukuran Pada Akhir Penelitian
No. Parameter Satuan Hasil Pengukuran Sampel
A B C D
1 Oksigen (O2) Mg/l 2.51 2.6 2.2 2.4
2 NH3 Mg/l 0.35 0.28 0.54 0.30
3 Suhu 0C 270C 270C 270C 270C
5 pH ppm 7.6 7.2 7.8 7.7
panjang sekali artikelnya... Mari berkunjung disini gan...
BalasHapusTOKO BUKU PETERNAKAN ONLINE Maju Bersama
http://ilmu-taniternak.blogspot.com/
Menyediakan berbagai macam buku-buku peternakan dari berbagai penerbit.
Toko Buku Online kami memiliki koleksi buku peternakan terlengkap hingga puluhan ribu buku.
Silahkan kunjungi toko kami untuk memesan buku-buku peternakan disini:
Pemesanan via FB : https://www.facebook.com/BukuOnlineIndonesia
Pemesanan via SMS : 0852.57090.372
mau tanya donk,,klo kasih pakan Tubifex gimana caranya, kan blm cukup mulut larva untuk makan Tubifexnya?
BalasHapusKarena rencana penelitianku juga hampir sama seperti itu.terimakasih
If you'd like an alternative to casually approaching girls and trying to find out the right thing to do...
BalasHapusIf you'd rather have women chase YOU, instead of spending your nights prowling around in crowded bars and restaurants...
Then I urge you to play this short video to learn a strange little secret that might get you your own harem of beautiful women just 24 hours from now:
Facebook Seduction System...