Jumat, 27 Mei 2011

laporan analisis penyakit ikan sii

I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit dan parasit ikan. Meskipun jarang terjadi pada kolam-kolam yang terawat dengan baik, wabah penyakit dan parasit yang menyerang ikan dapat menimbulkan kerugian besar bagi petani ikan karena sering menyebabkan kematian ikan secara massal.
Adapun organisme penyebab penyakit dan parasit yang biasa menyerang ikan umumnya berasal dari golongan jamur, bakteri, virus dan hewan invertebrata.
Sebenarnya kerugian yang timbul karena adanya serangan penyakit dan parasit dapat dihindari dengan pengeiolaan koiam secara baik. Apabila kebersihan kolam, kualitas dan kuantitas air terpelihara dengan baik, kemungkinan terjadinya serangan penyakit atau parasit pada ikan yang dibudidayakan dapat diperkecil.
Untuk mengatasi timbulnya masalah penyakit dan parasit pada ikan peliharaan, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara terjangkit maupun penularan penyakit dan parasit terhadap ikan.
Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan dengan sungguh-sungguh kadangkala ikan masih juga terserang penyakit maupun parasit. Hall ini mungkin disebabkan karena adanya proses pembusukan di kolam, baik terhadap kotoran hasil metabolisme maupun sisa makanan. Adanya sampah atau zat-zat buangan yang masuk ke kolam juga dapat memperburuk kondisi perairan.
Padat penebaran yang terlalu tinggi, kondisi ikan yang lemah atau kualitas makanan yang kurang memenuhi persyaratan dapat juga membantu perkembangan penyakit maupun parasit. Untuk mencegah penyerangan penyakit atau parasit ke seluruh ikan yang dipelihara, perlu diketahui secepat mungkin tanda-tanda terjangkitnya.

1.2    Tujuan dan Manfaat
Praktikum ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat dan biasa mengetahui dan menganalisa penyakit, virus, maupun bakteri yang menyerang ikan dengan mengetahui, dapat menentukan atau mendiagnosa penyakit ikan serta cara yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut.
            Manfaatyang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa bisa melakukan pemeriksaan dan penanggulangan khususnya pada bakteri dan virus yang menyerang suatu usaha budidaya dan dapat menanggulangi masalah parasit tersebut baik dalam skala massal dan dapat terjun langsung di dalam masyarakat.











II.  TINJAUAN PUSTAKA

Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan dengan sungguh-sungguh kadangkala ikan masih juga terserang penyakit maupun parasit. Hall ini mungkin disebabkan karena adanya proses pembusukan di kolam, baik terhadap kotoran hasil metabolisme maupun sisa makanan. Adanya sampah atau zat-zat buangan yang masuk ke kolam juga dapat memperburuk kondisi perairan.
Padat penebaran yang terlalu tinggi, kondisi ikan yang lemah atau kualitas makanan yang kurang memenuhi persyaratan dapat juga membantu perkembangan penyakit maupun parasit. Untuk mencegah penyerangan penyakit atau parasit ke seluruh ikan yang dipelihara, perlu diketahui secepat mungkin tanda-tanda terjangkitnya.
Adapun tanda-tanda dari ikan yang telah terkena serangan penyakit atau parasit adalah sbb :
1.        Ikan terlihat pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan.
2.        Nafsu makan mulai berkurang
3.        Malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.
4.        Adakalanya ikan bergerak secara cepat dan tiba-tiba.
5.        Selaput lendimya berangsur-angsur berkurang atau habis, sehingga tubuh ikan tidak licin lagi (kesat).
6.        Pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama dibagian dada, perut atau pangkal ekor.
7.        Di beberapa bagian tubuh ikan, sisiknya tampak rusak bahkan terlepas. Sering pula terlihat kulit ikan mengelupas.
8.        Sirip dada, punggung maupun ekor sering di jumpai rusak dan pecah-pecah, pada serangan yang lebih hebat kadang-kadang hanya tinggal jari-jari siripnya saja.
9.        Insang terjadi rusak sehingga ikan sulit untuk bernafas, wama insang menjadi keputih-putihan atau kebiru-biruan.
10.    Bagian isi perutnya terutama hati, berwarna kekuning-kuningan dan ususnya menjadi rapuh.
Menurut Suhendra (2006), kualitas perairan yang buruk dapat mengakibatkan ikan stress. Ikan stress merupakan kondisi yang sesuai dalam meningkatkan perkembangbiakan parasit. Peningkatan kemampuan berkembang biak parasit akan meningkatkan derajat infeksi parasit pada tubuh hospes. Selain itu, stress lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen (Latama, 2002). Hal ini dapat memacu kecepatan perkembangbiakan organisme parasit dan penyakit sehingga dapat merugikan inang, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Selain faktor abiotik seperti pecemaran, faktor biotik yang mempengaruhi kehidupan parasit adalah kondisi hospes dan persebaran hospes (William dan John, 1993).
Parasit cacing dapat menyebabkan penyakit dengan cara melukai inang, mengambil nutrien yang dibutuhkan oleh inangnya, meracuni inangnya, atau memfasilitasi masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh inang (Latama, 2002). Sehingga diduga adanya parasit dapat menjadi salah satu faktor yang menekan sedikitnya produksi hasil tangkap ikan. Parasit ikan merupakan organisme yang menggunakan tubuh ikan sebagai host (inang). Dan keberadaan parasit ini tidak hanya merugikan ikan yang menjadi inangnya, melainkan manusia yang juga dapat menjadi inang definitf untuk melanjutkan siklus hidup dari parasit tersebut (Grabda, 1991).
Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992) penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain (pengganggu), pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang mendukung kehidupan ikan.
Dalam usaha budidaya yang intensif, kita mencoba memelihara ikan dalam kondisi yang terkontrol (padat tebar tinggi, pakan tambahan, aerasi dan lain-lain). Semuanya ini mengakibatkan perubahan baik terhadap biologi, nutrisi atau bentuk-bentuk polutan. Dalam banyak hal, kegiatan budidaya telah mengakibatkan banyak kerugian dimana penyakit telah membunuh sebagian besar atau bahkan seluruh stok ikan yang dipelihara. Lebih umum lagi, keberadaan penyakit telah membuat usaha budidaya tidak ekonomis. Kita sebenarnya dapat memelihara dan memproduksi ikan yang sehat baik pada hatchery maupun pada usaha pembesaran. Ini bisa dicapai apabila kita mengerti kompleks interaksi dari faktor-faktor yang menyebabkan suatu penyakit dan menerapkan pengetahuan ini dalam usaha budidaya yang intensive. Banyak orang percaya bahwa apabila suatu biological atau chemical agent berada dalam atau pada organisme peliharaan, maka organisme tersebut akan menderita sakit. Hal ini memang benar adanya. Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya adalah Host (organisme peliharaan/inang), Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti stress). Penyakit merupakan ekspresi dari kompleks interaksi antara host-pathogen-environment. Dalam banyak situasi pembudidayaan, environment maupun host mungkinmerupakan faktor yang paling abnormal.




















III.METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis Penyakit ini dilaksanakan pada hari senin pukul 13.00 mulai dari tanggal  april sampai mei 2010. Bertempat di Laboratorium Parasi dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2.Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan selama praktikum adalah:

·      Ikan yang diduga terserang penyakit
·      Pinset, skapel, gunting
·      Tempat preparat
·      Objek glass dan cover glass
·      Lampu bunsen, jaru oase
·      Cawan petri yangsudah terisi TSA atau NA
·      Alkohol
·      Label
·      Bakteri hasil isolasi
·      Mikroskop dengan pembesaran rendah
·      Kaca pembesar
·      Kultur bakteri pada medium TSB
·      Aerator
·      Ember
·      Akuarium

3.3 Metodologi Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan metode pengamatan secara lansung terhadap objek praktikum. Kemudia hasil yang didapat di tulis dalam bentuk laporan.



3.4.Prosedur Praktikum
3.4.1.Pengamatan Gejala Penyakit
·      Sampel ikan yang diduga sakit sebelum diperiksa dilumpuhkan terlebih dahulu dengan cara menusuk dienchepalonya dengan jarum sonde agar ikan tidak bergerak. Kemudian diperiksa bagian luarnya dengan cara mengamati gejala klinisnya seoerti kulit, mata, sisik, sirip-sirip, pangkal sirip, insang, mulut, anus, dll.
·      Setelah itu ambil preparat basah dari derah yang diduga abnormal disekitar tubuh ikan yang menunjukkan gejala sakit , kemudian amati dan catat.
 3.4.2.Isolasi Bakteri
·      Siapkan lampu spritus, jarum oase, medium padat (TSA) dan alcohol.
·      Inokulasi secara aseptic dilakukan dengan mengosokkan jarum oase yang steril pada luka. Kemudian gorekan pada medium (dalam Petridis) yang telah disediakan (cara menggores pada teknikpalating).
·      Usaplah selaput ginjal dengan kapas yang telah dibasahi alkohol, kemudian dengan menggunakan oase steril inokulasikan pada medium.
·      Petridis diberi tanda dan inkubasikan pada suhu kamar selama3-24 jam. Perlu diingat bahwa cara meletakkan petridis dengan posisi terbalik.
·      Amati pertumbuhan koloni bakteri hari berikutnya.
 3.4.3.Morfologi Koloni
·      Jika dari hasil isolasi sudah terbentuk koloni yang terpisah-pisah dan murni, langsung ke no 4.
·      Ambil koloni bakteri hasil isolasi dengan oase steril, dan inokulasikan pada medium agar dalam petridis dengan cara diisolasi.
·      Inkubasi selama 24 jam, kemudian amati. Prosedur diatas diulangi sampai diperoleh koloni yang terpisah dan murni.
·      Amati morfologi koloni yang meliputi : bentuk kolni, permukaan koloni, tepi koloni, struktur dalam, warna koloni, kemengkilapan dan ukuran koloni.
·      Pengamatan morfologi koloni pada agar miring dilakukan dengan menginokulasikan bakteri yag sudah murni. Setelah diinkubasi selama 24 jam. Diamati pertumbuhanya.
·      Oase disterilkan, kemudian buatlah goresan tegak lurus terhadap goresan-goresan sebelumnya dan tidak menyentuh garesan-goresan yang pertama.
·      Dengan cara ini diperoleh koloni-koloni terpisah
3.4.4.Reinfeksi dan Reisolasi
·      Kultur bakteri yang akan diinfeksi dicampur dengan air sampai dengan kepadatan kurang lebih 10² sel/ml.
·      Ikan –ikan yang akan diinfeksi dimasukkan kedalam suspensi tersebut selama 30-60 menit.
·      Sesudah itu air diganti dengan air bersih dan mengalir terus menerus.
·      Amatigejala-gejala penyakit setiap hari dan apabila ada yang mati isolasi bakteri yang ada.
·      Bakteri hasil isolasi diamati morfologi koloninya seperti pada cara pengamatan morfologi koloni dan jika memungkinkan diji biokimia.
Infeksi dan injeksi :
·      Apabila dipandang perlu ikan yang diamati perlu dibius terkebih dahulu denan benzokain 10-30 mg/liter disesuaikan dengan ukuran ikan.
·      Suntikkan suspensi bakteri dengan kepadatan tertentu secara intramuscular atau intraperitoneal. Volume suspensi disesuaikan dengan ukuran ikan.
·      Masukkan dengan segera seperti pada air bersih (tanpa bensokain) setelah ikan disuntik.




















IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Dari hasil praktikum analisa penyakit ikan dapat diketahui beberapa jenis penyakit pada ikan baik patogen yang bersipat ektoparasit dan endoparasit jamur bakteri maupun virus serta pengamatan ikan terhadap bagian tubuh ikan yang diduga abnormal yang menunjukkan gejala penyakit pada ikan adapun hasil yang diperoleh selama praktikum adalah sebagai berikut:
Deskripsi ikan;Pada praktikum pertama kita melihat jenis bakteri yang terdapat di bagian insang ,ginjal, sirip, lendir, usus. Pada pengamatan ini sampel ikan yang diduga sakit dilakukan pemeriksaan di bagian luar dengan cara mengamati gejala klinisnya seperti kulit, mata, sisik, sirip-sirip, pangkal sirip, insang, mulut, anus,dll ada kelainan atau tidak kemungkinan terdapat jenis penyakit dan tidak terdapat jenis penyakit.

4.2    Pembahasan
Bakteri berasal dari kata bakterion yang berarti tongkat atau batang dan telah menjadi istilah yang mencakup semua mikroorganisme bersel satu. Bakteri merupakan mahluk bersel satu yang digolongkan sebagai tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil serta brkembang biak dengan cara membelah diri (Irawan, 2004).
Kordi (2004) menyatakan bahwa bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intra seluler yang sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relative luas, sehingga hamper dijumpai dimana saja. Ukuran bakteri relative lebih besar dari pada virus, yaitu antara 0,3-0,5 mikron. Spesies bakteri mempunyai kapsul yang mengelilingi dinding sel dan ada pula yang mempunyai flagel. Berdasarkan reaksi sel bakteri terdapat pewarnaan gram, bakteri dikelompokkan menjadi Gram negative (terlihat berwarna pink dan merah) dan gram positif (terlihat berwarna biru).
Adapun penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan gejala-gejala:
- Warna tubuh menjadi agak gelap
- Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage)
- Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena
insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
- Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat perut agak kembung/bengkak
- Jika telah parah keseluruhan sirip rusak dan insangnya berwarna keputih-putihan
- Mata rusak dan agak menonjol (Afrianto dan Liviawaty, 1992).







V.  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Secara umum bahwa penyakit ikan dengan segala aspek yang menyebabkannya haruslah benar-benar diketahui secara mendalam, terutama sekali keahlian kita sebagai peneliti, penyuluh dan petani sebagai pengguna untuk dapat dengan cepat dan tepat mendiagnosa ikan yang sakit dan keahlian kita untuk mengelola perairan (sungai, danau, perkolaman) sebagai media budidaya agar terjaga kualitasnya untuk kelangsungan hidup ikan dan terutama manusia.

5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan untuk para praktikan adalah agar para praktikan mengikuti praktikum ini dengan serius dan bekerja sesuai prosedur praktikum yang ada sehingga hasil yang baik bisa didapatkan.










DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Jakarta
Irawan, A. HSR. 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit PT. Aneka, Solo.
Manoppo, H. 1995. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan, Unsrat-Manado.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar