Sabtu, 21 Mei 2011

manfaat pakan alami

I. PENDAHULUAN
1.1. Pentingnya Mempelajari Budidaya Pakan Alami
Budidaya ikan secara komersial dari berbagai jenis species-species diantaranya bivalve, crustaceae, dan ikan bertulang belakang (finfish) akan mengalami permasalahan yang serius apabila didalam proses produksinya tidak tersedia pakan alami yang kontinyu baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini dikarenakan masih banyak jenis kultivan budidaya yang masih tergantung input pakan dari pakan organisme hidup, terutama untuk pemeliharaan kultivan dalam bentuk llarva. Dilain pihak, budidaya pakan alami harus menyesuaikan dengan kebutuhan kultivan ikan yang dipelihara. Untuk memenuhi kebutuhan kultivan tersebut di syaratkan sifat fisiologi jenis/species pakan hidup yang dikultur, ukuran, kecepatan reproduksi, kemampuan tumbuh, dan nilai nutrisi dari setiap jenis pakan alami.
Dengan perkembangan kebutuhan pangan penduduk dunia saat ini, maka peningkatan budidaya perikanan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pengembangan budidaya perikanan baik di perairan tawar, payau maupun laut diberbagai negara merupakan suatu bentuk revolusi pertumbuhan industri baru. Kenyataan ini selaras dengan bertambahnya populasi penduduk dunia dari tahun ketahun, permintaan akan pangan dunia, potensi produksi perikanan yang sudah mencapai maximum sustainable yield, produksi pertanian yang semakin menurun akibat pergeseran tata guna lahan untuk keperluan lain dan permintaan kualitas hidup perkapita meningkat. Dengan demikian permintaan akan pangan dari sumber hewani jjuga akan meningkat, lebih-lebih dilihat dari kandungan protein ikan yang mempuyai kandungan asam amino yang lebih lengkap dari pada sumber protein hewani lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi dari sumber protein hewani ikan diperlukan pengembangan budidaya perikanan dan untuk mendukung produksi sesuai dengan kuantitas maupun kualitas produk ikan, maka diperlukan ketersediaan pakan alami. Penyediaan pakan alami baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas diperlukan pengetahuan tentang teknik dasar budidaya pakan alami yang baik agar kontunyuitas produksi ikan hasil budidaya dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.
1.2. Definisi dan Batasan
Budidaya (aqua culture) berasal dari kata Aqua “air” dan culture “budidaya”. Budidaya merupakan usaha pemeliharaan yang dilakukan didalam air (sistem perairan). Budidaya (aqua culture) adalah suatu kegiatan produksi, proses, dan pemasaran dari organisme yang bersifat hidup dari sistem perairan.
Pakan alami adalah bahan pakan yang diambil dari organisme hidup dalam bentuk dan kondisinya seperti sifat-sifat keadaan dialam.
Organisme pakan alami (life food organism) yaitu organisme hidup yang dipelihara dan dimanfaatkan / diperuntukkan sebagai pakan didalam proses budidaya perikanan.
Dengan demikian budidaya pakan alami didefinisikan sebagai suatu kegiatan produksi, prosesing dan pemasaran organisme pakan hidup dari suatu sistem perairan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan kultivan dalam kegiatan budidaya perikanan. Sedangkan sebagai batasan aspek pokok bahasan yang dipelajari didalam budidaya pakan alami ini adalah jenis-jenis dari golongan fitoplankton, zooplankton, anelida, ikan, dan beberapa larva yang bersifat planktonik seperti dari larva bivalve. Dalam cakupan bahasan dalam mata kuliah budidaya pakan alami disini difokuskan kepada dari golongan fitoplankton (mikroalgae) dan zooplankton (rotifer, artemia, daphnia dan Moina).
1.3. Sejarah Budidaya Pakan Alami
Perkembangan budidaya perikanan dimulai sejak 500 SM dilaksanakan di negeri China. Milne (1973) dan bukunya Fish and shellfish farming in coastal waters dinyatakan bahwa tesis pertama tentang aqua culture ditulis oleh Fan Lie pada tahun 475 SM. Perkembangan selanjutnya dari negeri Yunani dan Romawi dimana telah dilakukan kultur Oister dan usaha-usaha yang serupa dengan budidaya perikanan lainnya pada abad 500 SM, walaupun budidaya perikanan sudah lama dimulai namun perkembangannya masih lambat / ketinggalan jika dibandingkan dengan bidang pertanian karena bidang pertanian sudah ada 10000 tahun sebelum budidaya perikanan dimulai, meskipun kedua bidang tersebut masih bersifat konvensional.
Sejarah dimulainya kultur pakan alami dilakukan oleh Allen dan Nelson pada tahun 1910, dengan kulture diatom untuk pakan Invertebrata (Ryther and Goldman, 1975). Pada tahun 1939, Bruce dkk., melakukan yang pertama kali mengisolasi algae (Isochrysys galbana dan Pieremimonas grossii) untuk makanan Oister (Ucles, 1980). Pada tahun 1940, Dr. Fujinaga / Dr. Hudinaga disebut sebagai pioner di Jepang dalam mengkultur diatom, Skeletonema costatum yang hasilnya digunakan untuk makanan Udang Jepang (Penaeus japonicus). Kemudian pada dekade 1950-an, Takesi Ito pertama kali mengkultur rotifer yang digunakan untuk pakan larva ikan Sidat (Anguilla japonica). Pada tahun 1965, rotifer digunakan sebagai pakan terbaik untuk Red Sea Bream (Pagruss major). Dari tahun tersebut dimulailah kultur massal rotifer secara besar-besaran baik di Jepang maupun di negara-negara lainnya (Hirata, 1979).
Pada dekade tahun 1970, Artemia Reference Center (ARC) yaitu suatu lembaga pada State University of Ghent (Belgium) beberapa penelitinya terutama Dr, Sorgeloos, Dr. Persoone, dan Dr. Dumont telah mengembangkan artemia sebagai pakan alami yang digunakan untuk pakan Ikan dan udang budidaya pada air tawar, payau maupun air laut. Perkembangan selanjutnya, hasil produksi kista dan atau Cyst artemia dapat diawetkan dalam bentuk kaleng dan didistribusikan ke penjuru dunia.
1.4. Tujuan dan Kegunaan Budidaya Pakan Alami
Hasil produksi pakan dari budidaya pakan alami yang berupa pakan hidup untuk kebutuhan budidaya perikanan mempunyai tujuan yang sangat strategis yaitu untuk :
1. Memanfaatkan potensi sumberdaya tanah dan air dalam kegiatan produksi yang mempunyai nilai tambah ekonomi lebih tinggi.
2. Mendukung proses produksi didalam budidaya perikanan baik berbentuk larva, juvenil, maupun dewasa dalam rangka kesuksesan hasil produksi yang diharapkan.
3. Memenuhi input produksi sebagai satu kesatuan proses produksi budidaya perikanan didalam kesinambungan usaha.
4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat didalam penyediaan kesempatan lapangan pekerjaan di bidang budidaya perikanan.
5. Memberikan peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang budidaya perikanan pada umumnya dan budidaya pakan alami pada khususnya.
6. Menyediakan pakan sebagai sumber energi utama larva ikan yang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini masih belum bisa digantikan oleh jenis produk dari pakan lainnya.
Adapun berdasarkan manfaat dan penggunaannya, kultur pakan alami dapat digolongkan dalam penggunaan sebagai berikut :
1. Pakan alami yang digunakan untuk organisme-organisme kultivan yang lebih tinggi dari strata food chain (jenis fitoplankton dimakan jenis zooplankton, benthos, dan larva ikan)
2. Pakan alami yang digunakan bagi ikan untuk tujuan budidaya.
3. Pakan alami yang digunakan bagi ikan untuk tujuan penangkapan
4. Pakan alami yang digunakan bagi ikan untuk tujuan rekreasi dan hiasan.
5. Pakan alami yang digunakan bagi biota-biota non ikan untuk tujuan perhiasan ( seperti untuk budidaya kerang mutiara).
6. Pakan alami yang digunakan untuk obat-obatan dan kosmetika
1.5. Hubungan dengan Disiplin Ilmu Lainnya
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan saat ini,hubungan antara bidang budidaya pakan alami dengan ilmu perikanan secara umum adalah sangat erat. Untuk mendorong teknologi budidaya pakan alami agar berkembang didalam memenuhi peran dan fungsinya diperlukan dukungan penguasaan disiplin ilmu antara lain, biologi umum, ekologi perairan, planktonologi, mikrobiologi, limnologi, oceanografi, fisiologi organisme air, dasar-dasar akuakultur, larvanologi, ilmu nutrisi dan manajemen budidaya air tawar, payau, maupun laut. Sedanbgkan ilmu pengetahuan sebagai pendukung kesuksesan usaha produksi pakan alami ini diperlukan semua yang terkait terutama dengan penyediaan sarana dan prasarana budidayanya.


II. PERAN JARING-JARING MAKANAN PERAIRAN
1. Konsep Dasar Jaring-Jaring Makanan
Didalam pengetahuan “Budidaya Pakan Alami” yang akan dipelajari memerlukan pengetahuan jaring makanan di perairan, baik perairan tawar, payau, maupun laut. Budidaya pakan alami tidak hanya ditujukan pada ketrampilan penggunaan teknologi untuk menumbuhkan pakan alami saja, tetapi juga untuk mendukung kesuksesan penerapan teknologi itu dalam memproduksi pakan alami yang berguna bagi kultivan budidaya, termasuk pengetahuan tentang lingkungan-lingkungan perairan dan hubungannya dengan jaring-jaring makanan didalam lingkungan tersebut. Oleh karena jaring makanan didalam suatu lingkungan perairan merupakan pengetahuan dasar dari alur makanan dan pemangsanya, maka tujuan dari untuk memproduksi pakan alami adalah untuk mengkultur sel-sel algae yang akan disediakan untuk makanan dari jenis-jenis zooplankton yang pada akhirnya akan digunakan untuk makanan bagi jenis-jenis larva ikan dan invertebrate. Walaupun pengetahuan jaring makanan yang ada didalam lingkungan perairan alami tidak secara komplit diadopsi dalam penerapan budidaya pakan alami, tetapi pengetahuan dasar ini memberikan masukan hubungan biota sebagai makanan dan biota sebagai pemangsa yang terjadi pada kondisi keseimbangan hidup dalam perairan. Didalam beberapa kondisi lingkungan budidaya pakan alami ada jenis-jenis makanan yang mendapatkan subtitusi atau pengkayaan bahan makanan tidak hidup, untuk mendapatkan effesiensi biaya. Dilain pihak kondisi ini juga memungkinkan adanya penurunan kualitas bahan pakan dan kualitas media kultur. Sehubungan dengan budidaya pakan alami yang akan dibahas selanjutnya adalah terutama yang berkaitan dengan kehidupan “Fitoplankton dan Zooplankton”.

2. Peran dan Manfaat Fitoplankton
Fitoplankton atau mikroalgae mempunyai peran mensintesa bahan organik dalam lingkungan perairan. Mikroalgae melakukan aktifitas fotosintesa untuk membentuk molekul-molekul karbon komplek melalui larutan nutrien dari beberapa sumber yang diasumsi dengan bantuan pencahayaan sinar matahari/ energi lampu neon untuk membentuk sel-sel baru menajdi produk biomassa. Di perairan alami mikroalgae dominan memberikan konstribusi untuk memproduksi biomassa dalam sistim perairan laut, estuarin dan sungai. Walaupun sedikit pengaruh kombinasi dari sejumlah sel-sel fitoplankton akan dikonsumsi oleh hewan baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi didalam ekosistem perairan yang digambarkan melalui jaring-jaring makanan (food web). Alur daripada jaring makanan menerima energinya dari hasil sintesa biomonukuler melalui tumbuhan mikroskopis, sebagai contoh produksi pada permukaan perairan laut kira-kira 50 gr C/m²/tahun dimana diasumsikan semua fitoplankton yang ada di dalam sistim perairan melakukan proses fotosintesa. Dengan demikian peran fitoplankton didalam sistim perrairan mempunyai kontribusi terhadap sistim produksi biomassa.
Di dalam proses metabolisme perairan fitoplankton juga mempunyai peran sebagai pendaur ulang nutrien. Sel mikroalgae mengabsorbsi nutrien-nutrien primer seperti ; amoniak , urea, nitrat, phospat, potassium dan metal seperti Fe, Cu, Mg, Zn, Mo, dan Fanadium. Selain itu beberapa vitamin seperti vitamin B12, vitamin B6 dan vitamin B1 merupakan unsur esensial yang mendukung pertumbuhan beberapa species atau kebanyakan species mikroalgae. Pergerakan dan perubahan nutrien oleh fitoplankton didalam perairan laut biasanya berbentuk tidak permanen ketika regenerasi untuk membentuk sel-sel mikroalgae berjalan sangat lambat. Yang diikuti juga dengan lambatnya proses kematian dan dekomposisi sel. Sedangkan sumber-sumber kelarutan nutrien lainya yang berada dalam sistim perairan berasal dari nutrien yang dibawa oleh aliran air hujan dari daerah daratan (run off), dibawa oleh air hujan itu sendiri dan kondisi pengadukan (up welling). Di dalam akuarium air laut, tawar dan atau media kultur di bak pemeliharaan, fitoplankton mempunyai peran membantu kondisi kualitas air melalui pergerakan nutrien yang dibentuknya dan pengaturan pH air. Di dalam pengaruhnya setiap sel algae adalah merupakan suatu biofilter hidup didalam ekosistem perairan ( Bold and Wynne, 1985).
Dilihat dari sudut nutrisi mikroalgae merupakan suatu sumber mikro nutrien, vitamin, minyak dan elemen mikro untuk komunitas perairan. Selain itu mikroalgae kaya akan sumber makro nutrien seperti protein, karbohidrat dan khususnya asam lemak esensial. Mikroalgae juga mempunyai kandungan pigmen esensial seperti astaxanthin, zeaxanthin, chllorophil, phycocyanin dimana akan memperkaya pewarnaan dan kesehatan didalam kehidupan ikan dan invertebrata. Sebagai misal dari tris elemen iodin didalam sistim peraian telah diberikan oleh sel mikroalgae dan itu merupakan zat penting bagi kemampuan daya tahan tubuh semua organisme hidup di perairan. Pada dekade terakhir ini mikroalgae, spirulina menjadi terkenal karena untuk makanan kesehatan bagi manusia dan disajikan dalam bentuk powder, pelet, atau dimanfaatkan sebagai suatu pakan tambahan di dalam makanan hewan dan makanan ikan. Beberapa species mkroalgae juga digunakan sebagai pakan didalam kultur moluska seperti clams, mussel, poister dan scallop, karena hewan-hewan tersebut bersifat filter feedes. Kombinasi dari beberapa species algae juga dimanfaatkan didalam marine culture golongan crustacea, dan masih banyak lagi pemanfaatan fitoplankton baik didalam bidang perikanan maupun bidang kesehatan lainnya ( Okauchi, 1981). Sehubungan dengan mokroalgae dapat ditumbuhkan dengan cepat dan memainkan peran penting dalam pendaur ulangan nutrien serta mampu melakukan keseimbangan pH didalam sistim perairan, maka mikroalgae dikatakan sebagai sumber dari beberapa produk. Hasil akhir daripada sel mikroalgae sebagai sumber beberapa produk tersebut diantaranya produk minyak, produk bahan kimia, produk bahan obat-obatan, produk polysakarida dan lebih penting daripada itu fungsi dalam sistem perairan adalah sebagai kontrol tingkat kesuburan, serta treatment limbah. Di dalam sistim budidaya perikanan, pemanfaatan mikroalgae ini juga mempunyai efek terapi terhadap ikan dan organisme perairan lainnya dimana beberapa mikroalgae bisa menghasilkan semacam antibiotik dan atau didalam proses metabolismenya mengeluarkan zat anti bakterial. Sebagai contoh spirulina digambarkan mempunyai kemampuan mendorong sistim kekebalan ikan, invertebrata dan ayam. Kemudian suatu lembaga penelitian di Amerika (National Centre Institute) dari species green algae (ganggang hijau biru) menghasilkan glycolipida yang melawan aktif terhadap virus AIDS, dan perkembangan penelitian akhir-akhir ini bagaimana untuk meningkatkan glycolipida tadi di dalam kultur telah dan sedang dilakukan oleh beberapa perusahaan famasi di beberapa negara maju.
Berikut ini bebrapa manfaat species mikroalgae untuk budidaya perairan.
Tabel SEQ Tabel_ \* ARABIC 1. Jenis Species Mikroalgae Yang Digunakan Untuk Kultur Invertebrata
Species Aquatic Animal Cultured
Isochrysis galbana – golden brown, motitile -> size 4-6 um rotifers, clams, oysters, conch, sea cucumbers, sea hares
Nannochloropsis oculata, golden brown,non motile -> size 9-10 x 12-14 um rotifers, brine shrimp, daphnia, moina, marine shrimp.
Tetraselmis sp. – green, motile, -> size 2-10 um freshwater and marine rotifers
Nitzchia sp. – diatom, non motile abalones, turbans , Navicula sp. – diatom, non motile abalones, turbans, Phaeodactylum tricornutum – diatom, motile, size 3-5 x 12-25 um spiny lobsters, clams, oysters, Thallasiosira sp. – diatom, non motile -> size 11-14 x 14-17 um clams, oysters, scallops, larval shrimp
Chaetoceros gracilis – diatom, non motile -> size 14 x 17 um clams, oysters, sea urchins, sea squirts, marine shrimp, brine shrimp, conch, sea cucumbers

3. Peran dan Manfaat Zooplankton
Zooplankton adalah hewan perairan mikroskopik atau sebagian darinya hewan pemangsa ukuran relatif besar didalam suatu lingkungan ekosistim perairan yang memakan fitoplankton dan bentuk kedua dari link jaring makanan. Hewan zooplankton ini mempunyai sifat berenang pasif, terapung atau menentang aliran air dan sebagian kecil yang mempunyai kemampuan untuk berenang. Didalam sistim perairan, zooplankton berenang atau melakukan pergerakan ke arah konsentrasi populasi fitoplankton untuk melakukan pemangsaan sebagai sumber makanannya. Pada umumnya zooplankton yang dikoleksi mempunyai pengaruh terhadap hasil pengurangan fitoplankton didalam sistim perairan pada periode waktu tertentu. Pada periode tahunan, siklus plankton ditunjukan melalui blooming fitoplankton, karena terjadi suatu perubahan temperatur, salinitas, lama pencahayaan matahari, intensitas cahaya dan daya dukung nutrien. Pada saat itu setelah waktu istirahat yang pendek untuk beberapa hari atau minggu populasi zooplankton akan betrgerak ke arah fitoplankton yang blooming itu. Biasanya fitoplankton dan zooplankton pada kondisi blooming merupakan satu kesatuan yang terjadi pada kelompok species plankton yang melakukan aktifitas bersamaan didalam siklus musiman. Kadang-kadang didalam suatu sistim perairan terjadi blooming fitoplankton yang tidak diikuti dengan bertambahnya populasi zooplankton. Hal ini akan terjadi apabila didalam perairan tersebut kondidi saat itu zooplankton jumlah populasi terbatas. Zooplankton yang ada tidak menyukai jenis fitoplankton tersebut, dan kondisi lingkungan, variabel fisika dan kimia lingkungannya tidak sesuai dengn kondisi zooplankton, serta kemungkinan terjadinya hambatan proses migrasi /intoduksi jenis zooplankton dari satu tempat ke tempat tersebut.
Manfaat daripada pakan alami zooplankton adalah sebagai pakan hidup primer bagi kultivan budidaya ikan. Pada beberapa tahun akhir-akhir ini, rotifer dan naupli artemia telah dimanfaatkan sebagai pakan awal untuk larva ikan dan crustacea. Pada usaha budidaya komersial untuk pembenihan udang dan ikan sering menggunakan zooplankton seperti copepoda, protozoa dan larva dari oyster dan clam tetapi untuk jenis-jenis rotifer daphnia dan artemia mempunyai efektifitas yang lebih baik. Sebagai contoh, rotifer mempunyai kemampuan pertumbuhan yang lebih baik dan berguna untuk bididaya perikanan karena mempunyai kecepatan reproduksi ukuran kecil, kecepatan berenang lambat, kualitas nutrisi tinggi dan mudah di kutur. Sebagai contoh dari sejumlah ribuan rotifer dengan pemberian pakan yang baik dapat menghsilkan lebih dari jutaaan rotifer dalam waktu 5 – 7 hari pada kondisi temperatur air 25oC. Di beberapa negara, rotifer digunakan untuk makanan lebih dari 60 species ikan laut, beberapa species ikan air tawar dan 18 crustacea (Hirayama and Hagiwara, 1995). Di Jepang produksi salah satu unit kegiatan budidaya perikanan dapat menghasilkan produk rotifer sebanyak 2,5 ton pertahun dan ini dapat digunakan untuk memelihara 6,3 juta red sea bream dan black sea bream (panjang 12 – 16 mm) dan 4 juta rajungan crab (Portunus trituberculatus) (Fukusho, 1989). Apabila diperhitungkan bahwa dalam kultur larva red sea bream dilaksanakan selama 25 hari didalam bak pembenihan, satu individu larva mengkonsumsi rotifer berkisar 12.000 – 15.000 / hari dan akan menghasilkan pertumbuhan panjang rata-rata 10 mm.
Zooplankton juga merupakan kontrol sumber pakan hidup di dalam hatchery (pembenihan). Secara komposisi biokomia dari rotifer dan artemia terjadi suatu hubungan yang tertutup terhadap material yang dimakanannya. Rotifer dan artemia memakan makanan yang spesifik untuk menghasilkan asam lemak, asam amino, vitamin dan bahkan antibiotik yang dapat ditransfer ke larva ikan dan invertebrata. Sebagai contoh kejadian yang telah dicatat di dalam suatu hatchery ikan “clownfish”, dimana dimana didalam bak-bak larva terjadi pengurangan vitamin B12 dalam media yang akhirnya untuk beberapa minggu kematian larva ikan tersebut cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh pakan hidup yang diberikan ke ikan itu berupa rotifer yang kekurangan vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 pada rotifer ini sebagai akibat dari pakan fitoplankton (Pyramimonas sp.) yang dapat dikultur dan tumbuh baik dengan tanpa trace nutrien vitamin B12. Sebagai akibatnya larva ikan juga mengalami defisiensi vitamin B12 dalam tubuhnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelulus hidupan larva.
Selain trace nutrien vitamin, juga kandungan lemak esensial (HUFA) dalam pakan larva baik dari jenis fitoplankton maupun zooplankton perlu diperhatikan, karena akan mempengaruhi tingkat kelulushidupan dan daya imun larva ikan.


III. IDENTIFIKASI MIKROALGAE
1. Prinsip Dasar Identifikasi
Identifikasi taksonomi mikroalgae adalah sangat penting kaitannya dengan memproduksi pakan alami algae didalam memenuhi kualitas nutrisi yang konsisten. Selain itu kegiatan budidaya pakan alami mikroalgae mungkin bisa terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme baik dari jenis mikroalgae maupun bakteri, protozoa dan lainnya. Sel mikroalgae didalam kulutur bisa juga terjadi perubahan-perubahan bentuk, ukuran, pergerakan selama perbedaan-perbedaan pada bagian tahapan siklus hidupnya atau karena kondisi kultur. Dengan adanya kemungkinan terjadinya perubahan ini, maka diperlukan identifikasi jenis/ species yang hendak dipilihnya sebagai jenis/ species yang akan diproduksi dalam kultur pakan alami. Dengan demikian pengetahuan tentang identifikasi jenis/ species mikroalgae baik untuk menanggulangi kontaminan lain maupun yang belum diketahui speciesnya sangat diperlukan bagi ahli budidaya perikanan pada umumnya dan ahli pakan alami pada khususnya.
Mikroalgae diklasifikasikan sebagai tumbuhan karena mengandung chlorophyl dan mempunyai suatu jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar penyelidikan akhir-akhir ini klasifikasi pada semua jenis sel tunggal dari organisme eukaryotik dan multi sel algae (termasuk mikroalgae) masuk dalam Kingdom Pratista. Melalui pendekatan suatu skema klasifikasi, species mikroalgae didefinisikan dari kesamaan morfologi dan biokimia. Beberapa genus mempunyai spesies yang hampir sama atau karakteristik strainnya yang digunakan didalam kegiatan budidaya pakan alami. Kesulitan-kesulitan lain dalam indentifikasi mikroalgae ini yaitu beberapa strain tidak dapat dibedakan dengan melihat dibawah pencahayaan mikroskop dan teknik biokimia. Namun demikian secara umum dengan menggunakan pencahayaan mikroskop, mengelompokan didalam group taksonomi secara ciri-ciri makro dan suatu detail deskripsi dan hasil foto morfologi dari sel algae yang penting dengan organisme-organisme lainnya dapat dilakukan identifikasi jenis/ species mikroalgae yang kita butuhkan untuk tujuan budidaya pakan alami. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang penggunaan mikroskop untuk mengobservasi sel mikroalgae, prinsip dasar untuk klasifikasi mikroalgae, dan contoh-contoh goongan mikroalgae yang umumnya digunakan untuk budidaya serta organisme kontaminan.

2. Observasi Mikroalgae
Suatu komponen alat pencahayaan mikroskop merupakan langkah penting untuk melakukan identifikasi sel mikroalgae. Setiap species mempunyai suatu ukuran dan bentuk spesifik yang digunakan sebagai dasar identifikasi dan pengukuran detail hasil observasi struktur sel. Untuk keperluan mendeterminasi karakteristiknya banyak para ahli menggunakan Microscope Illumination (gambar). Sebagaimana pada gambar, mikroskop terdiri dari tiga bagian penting yaitu : lensa okuler, lensa obyektif, tempat untuk menaruh preparat dilihat (stage), sumber cahaya, diaphram sebagai tempat masuknya cahaya, dan alat pengukur fokus lensa. Unti-unit penting dalam satu kesatuan mikroskop ini merupakan satu rangkaian alat mikroskop yang perlu mendapatkan perhatian bagi pemakainya. Lensa okuler terletak dibagian dekat mata yang disebut eyepiece, mempunyai variasi pembesaran antara 4 – 15 x. Okuler mikroskop yang mempunyai 2 lensa disebut mikroskop binokular untuk memudahkan dalam penglihatan kita terhadap preparat/specimen yang dilihat. Specimen yang terlihar terdiri dari okuler dipantulkan melalui lensa obyektif yang letaknya dibawah lensa okuler dan diatas specimen. Lensa obyektif ini basanya mempunyai pembesaran dari 4x, 10x, 20x, 40x, dan 100x. untuk menggunakan lensa obyektif dengan 100x biasanya mengunakan emersion oil agar specimen yang kita lihat menjadi lebih jelas. Didalam prosedur pemeliharaan alat mikroskop, setelah lensa obyektif digunakan untuk pembesaran 100x dengan oil, perlu dilakukan pembersihan lensa dengan pembersih kertas lensa khusus untuk pembersih lensa. Agar supaya mendapatkan gambar yang lebih baik dari pembiasan sinar dari lensa obyektif ke lensa okuler, maka perlu penyesuaian (adjusment) sinar dengan menggerakkan tombol fokus secara hati-hati.
Preparat specimen perlu mendapatkan perhatian khusus didalam meneteskan sejumlah sampel air media yang mengandung sejumlah sel algae. Kelimpahan sel mikroalgae per satuan volume perlu dicermati, karena pada sampel media yang mengandung jumlah jutaan sel/ml akan menyulitkan didalam perhitungan dan pengidentifikasian karakteristik bentuk sel. Dalam hal tingkat kepadatan sel yang tinggi dan sulit dihitung, maka diperlukan pengenceran sampel yang akan digunakan untuk preparat specimen. Demikian juga didalam jumlah air sampel diteteskan diatas slide glass yang terlalu banyak akan menyulitkan bagi posisi cover glass yang tidak stabil dan pada akhirnya baik ukuran volume air sampel yang damati maupun bentuk specimen yang akan dilihat akan menjadi bias dari yang sebenarnya. Sehubungan dengan kendala-kendala tersebut diatas, maka bagi pemula diperlukan pelatihan yang kontinyu untuk mencapai hasil yang baik seperti yang diharapkan.
Pengukuran bentuk sel biasanya dilakukan didalam mengidentifikasi algae maupun untuk mengetahui ukuran panjang dan lebar sel. Untuk mengetahui ukuran sel diperlukan alat tambahan yang ditempelkan pada lensa okuler yang disebut okuler micrometer dan stage micrometer sebagai bentuk pengganti slide glass dimana mempunyai garis-garis skala yang terukur panjangnya (misalnya ukuran nyata setiap jarak dari garis satu ke garis skala lain dalam satuan ukuran panjang mikrometer = um). pada mikrometer okuler terdapat satuan jumlah skala yang panjang sebenarnya tidak diketahui, dengan cara mengkalibrasi dari skala pada stage micrometer obyektif ke skala mikrometer okuler, maka akan dapat dihitung panjang dan lebar specimen yang diukur. Di dalam menghitung panjang dan lebar specimen terlebih dahulu kita harus mendapatkan data perbandingan dengan skala di stage micrometer dengan skala di okuler micrometer pada masing-masing pembesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan gunakan pembesaran lensa okuler yang sama selama melakukan observasi specimen, misalnya pembesaran 10x, seangkan untuk data perbandingan kedua lensa, digunakan pembesaran lensa obyektif masing-masing 10x, 20x 40x dan bila diperlukan 100x. Dari masing –masing data perbandingan untuk setiap pembesaran lensa obyektif dijadikan faktor koreksi (k) didalam perhitungan panjang dan lebar specimen yang sebenarnya. Apabila faktor koreksi, k = 0,75 dan skala sebenarnya pada stage micrometer = 0,01 mm per skala, maka panjang/lebar persatuan skala okuler = 0,75 x 0,01 mm = 0,0075 mm atau 7,5 um (gambar 3.1).
Pengukuran sel algae yang psif (tidak motil) tidak memerlukan perlakuan pada sampel air, tetapi apabila sel algae yang akan diukur bersifat motil / bergerak karena mempunyai flagella seperti Tetraselmis sp, Chlamydomonas sp, Isochrisis sp, dan lainnya, maka perlu dilakukan pewarnaan (staining) terlebih dahulu. Larutan bahan pewarna yang cukup baik adalah Lugol’s solution dan atau Acridine orange. Larutan Lugol’s adalah campuran dari Iodin (I) dan Potasium iodin (KI), masing-masing 5 gram dan 10 gram dalam 100 ml H20 yang berwarna coklat bercahaya. Setelah diteteskan pada sampel sel algae, maka warna sel akan berubah berwarna purple serta sel algae yang motil akan berhenti.

3. Klasifikasi Mikroalgae
Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu ; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group.
Dinding-dinding sel alga biasanya tersusun dari beberapa bentuk polysakarida komplek. Karena komposisi sebuah diniding sel algae biasanya membutuhkan determinasi biokimia, maka sifat ini bukan merupakan faktor kunci bagi para pelaku b udidaya untuk mengidentifikasi mikroalgae. Flagella adalah hal yang penting dalam mengidentifikasi mikroalgae. Karakteristik flagella lebih mudah untuk dibedakan pada spesies-spesies yang motil. Jumlah flagella dan letaknya, baik dibagian belakang sel, atau pada bagian samping, digunakan untuk membedakan banyak spesies mikroalgae. Senyawa penyimpanan fotosintesis bervariasi mulai dari zat tepung sampai lemak tergantung pada jenis organisme dan bagaimana ia dibudidayakan. Namun, untuk menentukan jenis senyawa penyimpanan tersebut membutuhkan teknik-teknik biokimia yang tidak praktis bagi sebagian besar aplikasi.
Sifat yang paling berguna untuk mengidentifikasi algae adalah warna atau pigmen mereka (gambar……..) . Pigmen-pigmen tersebut menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi biomassa melalui proses fotosintesis. Ada 3 kelas utama pigmen dan berbagai kombinasi yang memberikan warna khas pada algae. Kelompok utama dari pigmen hijau adalah chlorophil, dengan clorophil a sebagai pigmen utama yang menyerap gelombang panjang biru dan merah sebagai cahaya yang penting untuk fotosintesis.
Sebagian besar carotenoid lebih bersifat melindungi pigmen lain daripada ikut secara langsung dalam reaksi fotosintesis. Dalam setiap difisi, terdapat pengecualian seperti fukosantin pada diatome dan alga coklat, yang sangat aktif dalam proses fotosintesa. Fikobilin berwarna merah (fikoeretrin) atau biru (fikocyanin) dan menangkap gelombang panjang yang tidak ditangkap oleh pigmen-pigmen lainnya dan melewati energi yang ditangkap pada clrophil a untuk fotosintesis. Beberapa variasi dari bentuk sel dapat ditemukan pada alga (gambar…..) .. unicellular dapat berbentuk bola (gambar ..), pipih (gambar..), memanjang (gambar..) atau berbentuk kotak (gambar ..). sebagai tambahan beberapa unicellular memiliki lengan atau duri yang merupakan perluasan dari dinding sel. Banyak mikroalgae yang membentuk filamen-filamen sel yang menghubungkan satu sama lain ( gambar ..). Mikroalgae lainnya membentuk koloni-koloni sel yang memiliki suatu pola yang khusus dan ditentukan oleh jumlah sel (gambar ..). Kondisi kultur akan menentukan morfologi suatu organisme dan variasinya.
Kunci identifikasi mikroalgae untuk menentukan hingga pada tingkat genus dan spesies dapat dilihat dalam buku Prescott (1970), Dawes (1981), Bold and Wynne (1985).

1. Cyanobacteria atau alga biru hijau
Cyanobacteria atau alga biru hijau adalah kelompok alga yang paling primitif dan memiliki sifat-sifat bakterial dan alga. Kelompok ini adalah organisme prokariotik yang tidak memiliki struktur-struktur sel seperti yang ada pada alga lainnya, contohnya nukleus dan chloroplast. Mereka hanya memiliki chlorophil a, namun mereka juga memiliki variasi phycobilin seperti halnya carotenoid. Pigmen-pigmen ini memiliki beragam variasi sehingga warnanya bisa bermacam-macam dari mulai hijau sampai ungu bahkan merah. Alga biru hijau tidak pernah memiliki flagell, namun beberapa filamen membuat mereka bergerak ketika berhubungan dengan permukaan. Unicell, koloni, dan flamen-filamen cyanobacteria adalah kelompok yang umum dalam budidaya, baik sebagai makan maupun sebagai organisme pengganggu. Dibawah ini adalah 3 kelompok yang paling umum dalam lingkungan budidaya.
Spirulina (air tawar, air laut, gambar …) filamennya berukuran lebar 5 -6 um dan panjang 20-200 um berbentuk spiral. Dapat berwarna biru-hijau atau merah. Spirulina merupakan bahan penyusun dalam banyak pellet ikan dan pakan invertebrata.
Oscillatoria (Air tawar, air laut, gambar ..) filamennya berukuran lebar 2-20 um dan panjang 10-200 um, tergantung pada spesiesnya. Bentuknya dapat berbentuk lurus, bengkok, berbentuk kurva, atau lingkaran tidak teratur. Dia bergerak dengan cara meluncur dengan lambat dan dapat menempel atau mengapung, tapi tidak merupakan perenang bebas. Dia dapat terlihat berwarna hijau, biru-hijau, ungu, atau merah.Oscilatoria biasanya bersifat merugikan.
Anabaena (Air tawar, air laut, gambar ..) filamennya berukuran lebar 3-10 um dan panjang 10-200 um, berbentuk lurus, bengkok, atau hampir menggulung. Selnya berbentuk manik-manik atau berbentuk tong. Anabaene adalah organisme yang menggangu dan tidak dimakan oleh kebanyakan ikan budidaya.

2. Alga Hijau (Chlorophyta)
Alga hijau adalah kelompok alaga yang paling maju dan memiliki banyak sifat-sifat tanaman tingkat tinggi. Kelompok ini adalah oraganisme prokaryotik dan memiliki struktur-struktur sel khusus yang dimiliki sebagaian besar alga. Mereka memiliki kloroplas, DNA–nya berada dalam sebuah nukleus, dan beberapa jenisnya memiliki flagella. Dinding sel alga hijau sebagaian besar berupa sellulosa, meskipun ada beberapa yang tidak mempunyai dinding sel. Mereka mempunyai klorophil a dan beberapa karotenoid, dan biasanya mereka berwarna hijau rumput. Pada saat kondisi budidaya menjadi padat dan cahaya terbatas, sel akan memproduksi lebih banyak klorophil dan menjadi hijau gelap. Kebanyakan alga hijau menyimpan zat tepung sebagai cadangan makanan meskipun ada diantaranya menyimpan minyak atau lemak. Pada umumnya unicel merupakan sumber makanan dalam budidaya dan filamen-filamennya merupakan organisme pengganggu.
Tetraselmis (Air tawar, air laut, gambar ..) berupa orgaisme hijau motil, lebar 9-10 um, panjang 12-14 um, dengan empat flagel yang tumbuh dari sebuah alur pada bagian belakang anterior sel. Sel-selnya bergerak dengan cepat di air dan tampak bergoncang pada saat berenang. Ada empat cuping yang memanjang dan memiliki sebuah titik mata yang kemerah-merahan. Pyramimonas adalah organisme yang berkaitan dekat dengan alga hijau dan memiliki penampakan serta sifat berenang yang identik dengan tetraselmis. Kedua organisme ini adalah sumber makan yang populer untuk mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.
Clamidomonas (Air tawar, air laut, gambar ..) berwarna hijau dan motil, lebar 6,5-11 um, panjang 7,5-14 um, dengan dua flagela yang tumbuh didekat sebuah benjolan pada bagian belakang sel. Sel-selnya bergerak dengan cepat di air dan tampak bergoncang pada saat berenang. Selnya berbentuk spiral sampai memanjang dan biasanya memiliki sebuah titik mata merah. Pada saat sel betina terbentuk, sel induk akan kehilangan flagelanya dan mengeluarkan sebuah kantong transparant disekitar tubuhnya. Sel induk akan terbelah, dan membentuk 2-8 sel anak betina. Organisme ini digunakan sebagai pakan untuk rotifer.
Nannocloris (Air tawar, air laut, gambar ..) berwarna hijau tidak motil dan tidak memiliki flagel, berukuran sangat kecil dengan diameter 1,5-2,5 um, sel berbentuk bola, dan memiliki sedikit ciri untuk membedakannya.Chloroplasnya berbentuk U dalam sel yang sehat. Sel-selnya cenderung untuk mengapung dalam budidaya, berupa suspensi dalam kondisi tanpa aerasi sehingga menguntungkan bagi usaha budidaya. organisme ini adalah sumber makan yang populer untuk mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.
Dunaliella (Air tawar, air laut, gambar ..) berwarna hijau motil dengan dua flagella, yang muncul didekat bagian belakang sel, lebar 5-8 um, panjang 7-12 um, Sel-selnya bergerak dengan cepat di air dan tampak bergoncang pada saat berenang. Selnya berbentuk melingkar hingga memanjang dan biasanya memiliki sebuah titik mata merah. Terdapat kloroplas yang mengisi 2/3 bagian selnya. Reproduksi dilakukan dengan cara sederhana dimana sel induk membelah menjadi dua sel anak betina. organisme ini adalah sumber makan yang populer untuk mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.
Chlorella (Air tawar, air laut, gambar ..) berwarna hijau dan tidak motil serta tidak memiliki flagella. Selnya berbentuk bola berukuran sedang dengan diameter 2-10 um, tergantung spesiesnya, dengan chloroplas berbentuk cangkir. Selnya bereproduksi dengan membentuk dua sampai delapan sel anak didalam sel induk yang akan dilepaskan dengan melihat kondisi lingkungan. Merupakan pakan untuk rotifer dan dapnia.
Scenedesmus (Air tawar, gambar ..) berwarna hijau dan tidak motil dan biasanya tersusun atas 4 sel. Hidup berkoloni, berukuran lebar 12-14 um, dan panjang 15-20 um. Selnya berbentuk elips hingga lanceolate (panjang dan ramping), beberapa spesies memiliki duri atau tanduk. Setiap sel menghasilkan sebuah koloni bersel 4 setiap bereproduksi. Seringnya bersifat sebagai pengganggu. Organisme ini tidak umum dibudidayakan sebagai sumber pakan.
Ankistrodesmu (Air tawar, gambar …). Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, panjang, selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan.
Selenastrum (Air tawar, gambar …). Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil, berukuran lebar 2-4 um dan panjang 8-24 um. Kadang-kadang digunakan sebagai pakan dapnia.

1 komentar:

  1. If you'd like an alternative to casually picking up girls and trying to find out the right thing to say...

    If you would rather have women pick YOU, instead of spending your nights prowling around in noisy pubs and restaurants...

    Then I urge you to view this short video to discover a amazing little secret that might get you your personal harem of beautiful women:

    FACEBOOK SEDUCTION SYSTEM!!!

    BalasHapus